Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan wartawati asal Indonesia, Rosita Aruan Orchid Baptiste, berbagi cerita masuk militer Amerika Serikat dan kini berpangkat Letnan Kolonel.
Dalam wawancara dengan VOA Indonesia di akun Youtube tersebut, Rosita bercerita awal mula ia merantau ke Negeri Paman Sam.
Lulus dari jurusan Perdagangan Internasional Universitas Sumatra Utara, perempuan berdarah Batak itu sempat menjadi wartawan di salah satu media ekonomi Indonesia pada 1997.
Tiga tahun kemudian, ia hijrah ke AS mengikuti sang suami yang merupakan warga negara AS.
“Cinta yang membawa saya ke Amerika,” kata Rosita dalam wawancara tersebut.
Ia pun bercerita perjuangannya yang begitu berat untuk bertahan hidup di AS.
“Mau coba cari kerja di sini (AS) mau jadi wartawan juga ‘pura-puranya’ karena saya suka banget jadi wartawan. Itu pekerjaan yang paling saya suka. Mereka selalu bertanya, ‘sudah pernah jadi wartawan di Amerika?’ Ya belum karena (saat itu) baru sampai sini (AS),” tutur Rosita dalam akun Youtube VOA Indonesia.
Setiap melamar pekerjaan, upayanya selalu terbentur karena ia tidak memiliki pengalaman kerja di AS.
“Makanya saya cari kerja di restoran fast food. Burger King. Saya jadi kasir di Burger King itu selama tiga bulan dengan gaji satu jam 6 dolar 25 sen (US$). Di Burger King kalau sedang tidak ada pelanggan, kita harus bersih-bersih meja. Harus bersih-bersih WC. Jadi harus bersihin meja dan bereskan kursi. Kalau rest room-nya kotor, kita harus bersihin,” tutur Rosita.
“Pertama kali bersih-bersih rest room, saya menangis. Saya telepon mamah, saya bilang sama ibu saya di Jakarta ‘Enggak kebayang saya ke Amerika harus bersihin WC. Tapi itulah hidup ya,” ia menambahkan.
Namun, pengalaman tersebut tidak membuatnya menyerah. Sebaliknya, Rosita yang berstatus sebagai imigran semakin semangat untuk bertahan hidup di AS.
“Saya memulai dari yang paling bawah, dari awal. Suami saya juga dulu kebetulan di Angkatan Darat Amerika. Dia bilang ‘kenapa kamu enggak gabung army saja? Mereka enggak bakal tanya sudah punya pengalaman kerja apa belum?’ Ternyata benar. Ketika saya mau coba gabung ke angkatan, saya masuk ke kantor perekrutan, mereka tidak lihat tinggi badan, enggak lihat jenis kelamin,” kata Rosita.
Meski sang suami merupakan anggota AD AS, bukan berarti langkahnya langsung mulus bisa bergabung. Ia sempat mengalami kegagalan saat mencoba bergabung.
“Jadi pas ujian, nilainya cuma 29. Padahal untuk lulus (butuh) 31. Saya gagal ujian pertama. Tapi apakah itu mematahkan semangat saya? Enggak. Saya tanya ‘berapa lama lagi saya boleh ambil ujian berikutnya?’ Harus tunggu 30 hari. Selama 30 hari itu saya belajar lagi. (Akhirnya) lewat (lulus),” ungkap Rosita.
Lulus ujian militer AS
Setelah lulus, ia dikirim ke South Carolina untuk mengikuti ujian fisik. Di sana ia juga menjalani uji kelayakan fisik untuk bergabung dengan angkatan.
“Saya lewati semuanya. Masuk di angkatan. Tetapi karena saya bukan warga negara Amerika, saya hanya boleh memilih beberapa jenis pekerjaan (spesialisasi di AD AS). Terbatas. Padahal, inginnya jadi wartawan lagi,” ujar Rosita.
“Tapi enggak ada pilihan karena belum jadi warga negara (AS). Mereka harus melihat background (latar belakang). Pilihan yang mereka kasih cuma jadi sopir, montir, tukang masak, cuma itu. Saya pilihnya montir, mekanik. Saya pilih mekanik padahal cewek. Kemudian masuk mekanik.”
“Sekolah mekanik itu dipusatkan di South Carolina. Jadi saya dikirimnya ke Fort Jackson (markas AD AS) di South Carolina. Dari Fort Jackson, saya dikirim ke Jerman. Nah, di Amerika itu kalau masuk angkatan ada jenjang pangkat. Karena saya punya gelar Sarjana Hukum, saya tidak sempat dipanggil private (prajurit). Pangkat saya langsung spesialis, setara dengan kopral,” beber Rosita.
Awal-awal menjalani masa pelatihan di AD AS, Rosita pun mengaku harus ‘tebal telinga’ mendengar ejekan rekan-rekan satu angkatannya di AS.
“Saya masuknya langsung spesialis, karena saya paling tua, umur 34 waktu itu,” ia melanjutkan.
Ia bercerita bahwa, rekan-rekan seangkatannya masih muda karena baru lulus SMA langsung masuk AD AS.
Saat latihan kerap dicandai oleh teman-teman seangkatannya dengan panggilan Nenek saat latihan.
Meski demikian, kariernya melesat terus karena beberapa kali ia berprestasi dalam menjalankan sejumlah operasi militer AS hingga saat ini.
(bac/bac)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250203171903-134-1194105/cerita-rosita-perempuan-eks-wartawati-ri-jadi-letkol-militer-as