Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana menutup United States Agency for International Development (USAID) sebagai bagian dari pemangkasan anggaran bantuan luar negeri.
Sejumlah sumber mengatakan pemerintahan Trump hanya akan mempekerjakan 294 staf USAID. Angka ini termasuk 12 staf di biro Afrika dan delapan di Asia.
USAID padahal mempekerjakan lebih dari 10.000 staf di seluruh dunia. Sekitar dua pertiga berada di luar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu sumber juga mengatakan beberapa staf mulai menerima pemberitahuan pemutusan hubungan kerja (PHK).
USAID padahal punya peran penting dan telah membantu banyak negara berkembang maupun negara rentan yang sedang dalam konflik.
Lalu, apa alasan Trump menutup dan memecat staf USAID?
Trump sudah sejak lama mengkritik pengeluaran kebijakan luar negeri AS yang dianggap tak sepadan dengan jumlah pemasukan pajak.
Dia juga sempat mengkritik USAID dengan menyebut para staf badan ini sebagai orang radikal.
“USAID dijalankan oleh sekelompok orang gila radikal, dan kita akan menyingkirkan mereka,” ungkap Trump pada pekan lalu, dikutip NBC News.
Setali dengan Trump, Gedung Putih pada Senin (3/2) juga menyatakan pengeluaran untuk USAID hanya menghambur-hamburkan anggaran negara.
Pada 2023, anggaran yang diterima USAID sebesar US$72 miliar atau sekitar Rp1.134 triliun. Dari jumlah ini, sekitar US$16 miliar dikirim ke Ukraina yang sedang berperang dengan Rusia.
Rilis resmi Gedung Putih bahkan berjudul “Di USAID, Pemborosan dan Penyalahgunaan Sangat Merajalela (At USAID, waste and abuse runs deep).”
Mereka juga menyatakan selama beberapa dekade, badan itu tak bertanggung jawab ke para pembayar pajak.
“Karena menyalurkan sejumlah besar uang untuk proyek-proyek yang konyol dan, dalam banyak kasus, jahat, milik para birokrat yang berkuasa, dengan pengawasan yang sangat minim,” demikian rilis Gedung Putih.
Pemerintahan Trump lalu menjabarkan contoh pemborosan dan penyalahgunaan USAID. Dari beberapa kasus yang dijabarkan, mereka lebih mempermasalahkan dana yang dikeluarkan terkait aktivitas transgender, sesuatu yang dibenci Trump.
Sebanyak US$1,5 juta untuk memajukan kesetaraan dan inklusi keberagaman di tempat kerja dan komunitas bisnis Serbia, US$70.000 untuk produksi musikal DEI di Irlandia, dan US$47.000 untuk opera transgender di Kolombia.
Pemerintahan Trump juga mencatat USAID mengeluarkan US$32.000 untuk buku komik transgender di Peru, dan sebanyak US$2 juta untuk perubahan jenis kelamin serta. aktivisme LGBT di Guatemala.
Tak cuma itu, Gedung Putih melaporkan U$2,5 juta untuk kendaraan listrik bagi Vietnam, sebanyak U$6 juta untuk mendanai pariwisata di Mesir, dan jutaan dolar untuk EcoHealth Alliance yang dianggap terlibat dalam penelitian di laboratorium Wuhan.
“Di bawah pemerintahan Presiden Trump, pemborosan, kekacauan, dan penyalahgunaan berakhir sekarang,” demikian menurut Gedung Putih.
Di luar, penutupan USAID juga karena masukan dari pendonor utama Trump, Elon Musk. Pemilik X itu saat ini menjabat di departemen efisiensi AS.
Menurut laporan The Guardian, Musk melakukan panggilan telepon ke pimpinan politik dan petugas keamanan USAID untuk menuntut penangguhan puluhan pejabat tinggi badan itu.
Taipan itu juga membujuk serta mengancam pejabat senior USAID untuk memberi data pribadi dan akses ke area terlarang ke para pengikutnya.
(isa/dna)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250208092804-134-1195962/kenapa-donald-trump-ingin-tutup-dan-pecat-staf-usaid