Orang Makin Sering Belanja Gegara Polusi Udara Merajalela

Berita, Teknologi6 Dilihat
banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Sebuah studi terbaru mengungkap korelasi antara polusi udara dengan peningkatan tren belanja masyarakat. Simak penjelasannya.

Studi yang dilakukan di Korea Selatan itu terbit di Journal of Marketing dengan judul ‘The Impact of Air Pollution on Consumer Spending‘. Hasil penelitian terhadap konsumen Korsel itu menunjukkan pengeluaran konsumen meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat polusi udara.

Korelasi ini terutama terjadi pada kategori hedonis dan pencarian kesenangan karena membantu mengurangi emosi negatif yang berkaitan dengan kualitas udara yang buruk-seperti ketidaknyamanan dan kecemasan-sementara orang-orang mencari kepuasan langsung lewat berbelanja.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penulis studi itu mengungkap, meski dampak polusi udara sering dipelajari, didiskusikan, dan diperdebatkan, hanya sedikit yang diketahui tentang dampak penurunan kualitas udara terhadap perilaku konsumen dan kegiatan ekonomi. Sementara bisnis dapat menyesuaikan strategi pemasaran, pembuat kebijakan memiliki perspektif baru untuk merancang peraturan lingkungan dan sosial ekonomi.





Studi ini dilakukan oleh Sanghwa Kim, seorang asisten profesor marketing di McMaster University, dan Michael Tusov, profesor Digital Marketing di Universitas Maryland Robert H. Smith. Mereka melakukan analisis kuantitatif terhadap data penggunaan kartu kredit bersama dengan pelacakan indeks kualitas udara (AQI) untuk menentukan korelasi.

“Dari hasil penelitian terlihat jelas di antara kategori yang mencari kesenangan – mulai dari makanan ringan gourmet dan gadget hiburan hingga produk kesehatan – karena kemampuannya untuk meningkatkan suasana hati konsumen,” ungkap keduanya, melansir Phys, Senin (24/2).

READ  Awal Bulan Puasa Ramadan 2025 Potensi Berbeda, Tapi Lebaran Sama

Namun, menurut Kim, belanja seperti itu membawa risiko mengembangkan rutinitas yang tidak sehat dan membuat ketagihan. Selain itu, pola belanja seperti ini juga bisa berdampak negatif pada rumah tangga dengan akumulasi utang yang terus bertambah.

“Jadi, kami menyajikan temuan ini dengan semangat untuk melindungi kesejahteraan konsumen dan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya untuk mencari keuntungan semata,” ujar Kim.

“Saran kami dapat ditindaklanjuti untuk merancang kampanye pemasaran yang bertanggung jawab seperti produk ramah lingkungan dengan fokus hedonis, atau mencari kesenangan,” lanjut dia.

Para penulis mencatat bahwa peritel dan pemasar dapat mempertimbangkan tren kualitas udara ketika membentuk strategi mereka, karena pola belanja konsumen bergeser seiring dengan tingkat polusi.

Sebagai contoh, perusahaan dapat menyesuaikan suasana di dalam toko, waktu promosi, dan penjangkauan digital untuk menyelaraskan dengan perubahan preferensi konsumen. Selain itu, merek dapat mengeksplorasi cara-cara untuk memposisikan produk hedonis secara lebih bertanggung jawab, dengan memasukkan keberlanjutan dan kesejahteraan ke dalam pesan mereka.

“Institusi pembuat kebijakan dapat mengembangkan kampanye yang mengaitkan kualitas udara dengan pilihan konsumen sehari-hari dan menjelaskan bagaimana kesehatan lingkungan berkontribusi terhadap kesejahteraan individu dan stabilitas ekonomi,” tuturnya.

Temuan penelitian mereka dan tindakan yang disarankan untuk para pembuat kebijakan dapat meningkatkan kewaspadaan konsumen akan pengeluaran yang berlebihan dan konsumsi barang dan jasa hedonis yang tidak sehat selama periode polusi udara yang lebih tinggi.

Inisiatif publik dapat berfokus pada menumbuhkan kesadaran tentang bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi perilaku konsumen, mendorong kebiasaan belanja yang bijaksana selama periode kualitas udara yang buruk.

Kim dan Trusov juga mengatakan bahwa para praktisi bisnis selanjutnya harus memanfaatkan kesadaran yang meningkat dengan mempromosikan alternatif yang lebih sehat dan lebih sadar lingkungan.

READ  Persiapan Natal, Aneka Perlengkapan Rumah Diskon Gede di Transmart

“Secara keseluruhan, penelitian ini menganjurkan strategi pemasaran dengan fokus yang kuat pada keberlanjutan, yang bertujuan untuk menyeimbangkan keuntungan bisnis dengan nilai-nilai sosial sambil mempromosikan pemasaran yang lebih bertanggung jawab untuk dunia yang lebih baik,” kata Trusov.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250224134713-199-1201824/studi-orang-makin-sering-belanja-gegara-polusi-udara-merajalela

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *