Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 214,85 poin atau minus 3,31 persen ke level 6.270 pada Jumat (28/2) silam.
Investor melakukan transaksi sebesar Rp20,55 triliun dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 21,87 miliar saham.
Dalam sepekan terakhir, indeks saham melemah empat kali, sementara satu hari sisanya menguat. Tak heran, performa indeks melemah 7,83 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kautsar Primadi Nurahmad mengatakan selama periode tanggal 24 sampai dengan 28 Februari 2025 kemarin, perdagangan saham ditutup bervariasi.
Tercatat, kapitalisasi pasar bursa mengalami penurunan sebesar 7,68 persen dari Rp11.786 triliun menjadi Rp10,880 triliun pada penutupan pekan lalu. Kendati, rata-rata volume transaksi harian meningkat 21,62 persen dari 18,38 miliar menjadi 22,36 miliar lembar saham.
Sementara, rata-rata nilai transaksi harian pun meningkat sebesar 16,19 persen dari Rp11,78 triliun menjadi Rp13,69 triliun. Namun, rata-rata frekuensi transaksi harian menurun sebesar 4,52 persen dari 1,23 juta kali transaksi menjadi 1,18 juta kali transaksi pada penutupan pekan lalu.
“Investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih Rp2,91 triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp21,90 triliun,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (28/2).
Lantas seperti apa proyeksi pergerakan IHSG untuk sepekan ke depan?
Head of Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi memprediksi IHSG akan mengalami tekanan terbatas pada pekan ini dan cenderung bergerak variatif dengan kecenderungan melemah.
Ia memperkirakan IHSG bergerak dalam rentang support di level 6.070 dan resistance di 6.450 pada pekan ini. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pasar saat ini. Pertama, dari dalam negeri, ia melihat pelaku pasar tengah menantikan rilis data inflasi Februari 2025.
Menurutnya, inflasi diperkirakan tumbuh sebesar 0,5 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,76 persen secara tahunan.
“Kami berpandangan jika kembali terjadi deflasi secara bulanan, maka akan berdampak pada pasar seiring dengan daya beli yang melemah, khususnya menghadapi tematik Ramadan,” ujar Oktavianus kepada CNNIndonesia.com, Minggu (2/3).
Kedua, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menjadi sentimen negatif bagi pasar. Ia melihat selama sepekan terakhir, tercatat terjadi arus modal keluar (capital outflow) sebesar Rp10,2 triliun di seluruh sektor perdagangan. Hal ini mencerminkan pandangan investor asing yang lebih berhati-hati terhadap kondisi pasar Indonesia.
Ketiga, faktor eksternal. asar juga menunggu rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Tingkat pengangguran AS diperkirakan tetap berada di level 4 persen, yang mencerminkan pelemahan ekonomi.
“Ini masih menunjukkan pelemahan yang diharapkan dapat menjadi bukti untuk The Fed dapat mulai melonggarkan kebijakan moneter,” tambahnya.
Keempat, ia mengatakan potensi kebijakan tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump juga menjadi perhatian pasar global. Ia berpandangan ketidakpastian terkait kebijakan ini membuat investor lebih berhati-hati, terutama dalam berinvestasi di aset berisiko, sehingga mendorong peralihan dana ke aset yang lebih aman (low-risk assets).
Berdasarkan analisis teknikal, Oktavianus pun merekomendasikan beberapa saham yang bisa dikoleksi. Pertama, saham Bank Mandiri (BMRI) yang ditutup di posisi 4.600 pada pekan lalu. Ia memproyeksi BMRI dapat di level 5.050 pekan ini.
Kedua, saham Alfamart (AMRT) yang ditutup menguat 0,46 persen ke posisi 2.200 pekan lalu. Ia memproyeksi AMRT dapat menyentuh level 2.480. Ketiga, saham Avian Brands (AVIA) yang ditutup menguat 2,82 persen ke posisi 364 pekan lalu. Oktavianus memproyeksi AVIA dapat menyentuh level 390 pekan ini.
Keempat, saham Cimory (CMRY) yang ditutup menguat 4,83 persen ke posisi 4.560 pekan lalu. CMRY diprediksi dapat menyentuh level 4.850 pada pekan ini.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi dalam sepekan ke depan, indeks saham masih berisiko mengalami koreksi, dengan level support di 6.210 dan resistance di 6.500. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG antara lain rilis data inflasi Indonesia dan data makroekonomi China.
Lalu, pengumuman data ketenagakerjaan AS (NFP) serta pemberlakuan tarif impor pada awal Maret 2025. Selanjutnya, tekanan dari arus modal keluar (outflow) dan pelemahan rupiah.
“Faktor-faktor ini bisa membuat pergerakan IHSG tetap berfluktuasi dalam beberapa hari ke depan,” ujar Herditya.
Ada beberapa saham yang ia rekomendasikan, yakni Surya Esa Perkasa (ESSA) yang ditutup di level 730 pekan lalu. ESSA dapat menyentuh level 745 pekan ini. Kemudian, saham Dharma Satya Nusantara (DSNG) yang ditutup di posisi 910 pekan lalu. Ia memproyeksi DSNG dapat menyentuh level 1.080.
Herditya juga merekomendasikan saham Pertamina Geothermal Energy (PGEO) yang ditutup di level 875 pekan lalu. Ia memproyeksi PGEO bisa menyentuh level 960 pada pekan ini.
(pta)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250303062641-92-1204190/deret-saham-berpeluang-cuan-saat-ihsg-cenderung-tertekan-pekan-ini