BMKG Ungkap Beda Banjir Jabodetabek Tahun 2020 dan 2025, Apa Itu?

Berita, Teknologi3 Dilihat
banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan dinamika atmosfer yang membedakan banjir parah di Jabodetabek pada 2020 dengan banjir yang terjadi saat ini. Simak bedanya.

Kepala BMKG Dwikorita mengatakan banjir pada 2020 disebabkan oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan seruakan dingin atau cold surge dari dataran tinggi Asia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Karena saat itu, selain MJO, juga masuknya seruakan udara dingin dari dataran tinggi Asia, kalau kali ini memang ada pengaruh MJO, kemudian juga adanya pengaruh gelombang atmosfer, serta juga pengaruh kondisi lokal,” jelas Dwikorita dalam wawancara dengan TVRI yang diunggah di Instagram BMKG, Selasa (4/3).

Pada Januari 2020 terdapat ratusan wilayah Jakarta yang tergenang hingga 350 cm. Saat itu, intensitas curah hujan memang cukup esktrem, mencapai 377 mm/hari.





Akibatnya, sebanyak 390 RW di 151 kelurahan dari 35 kecamatan Jakarta terendam banjir dengan durasi empat hari hingga air benar-benar surut. Sebanyak 83.406 terdampak.

DKI mencatat, ada 36.445 warga yang mengungsi di 269 titik dan 19 orang meninggal selama banjir.

Dwikorita mengatakan BMKG pada beberapa hari sebelumnya telah mendeteksi kumpulan awan Cumulonimbus yang memenuhi Jawa Barat hingga Jakarta.

Awan tersebut juga terlihat di wilayah Sumatera bagian selatan yang bergerak ke arah Jambi, Bengkulu, sampai Sumatera Barat.

“Jadi fenomenanya tidak sama persis, tapi yang sama adalah fenomena MJO, kemudian juga sirkulasi siklonik juga terjadi di wilayah Samudra Hindia barat daya Bengkulu, sehingga mempengaruhi gelombang tinggi dan karena ada gelombang Rossby,” tuturnya.

READ  Puncak Kampanye 12.12, Penjualan Brand Lokal & UMKM Naik 7 Kali Lipat

Lebih lanjut, banjir merendam wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada Selasa (4/3 imbas hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir.

Dwikorita mengatakan pihaknya telah memprediksi cuaca ekstrem akan terjadi di sejumlah wilayah Tanah Air. Cuaca ekstrem ini, katanya, disebabkan oleh beberapa faktor cuaca.

“Hal itu disebabkan, saat itu kami mendeteksi adanya gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, kemudian juga gelombang Kelvin, kemudian terjadi low pressure area, dan pertemuan beberapa belokan dan pertemuan angin dari berbagai arah,” katanya.

“Sehingga waktu itu, kami memprediksi potensi terjadi hujan lebat, sangat lebat, dapat berkembang menjadi ekstrem, terutama di sebagian besar Sumatera dan Jawa, serta Kalimantan bagian barat dan tengah, kemudian juga di Sulawesi bagian utara, Maluku utara serta kepulauan Papua yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi,” lanjutnya.

BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek hingga sepekan ke depan. Oleh karena itu, Dwikorita mengatakan pihaknya akan terus memperbarui informasi dan peringatan dini cuaca ekstrem.

(lom/dmi)



Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250304113531-641-1204798/bmkg-ungkap-beda-banjir-jabodetabek-tahun-2020-dan-2025-apa-itu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *