Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Dua astronaut NASA, Sunita Williams and Butch Wilmore, kembali ke Bumi usai terdampar di Stasiun Antariksa Internasional (ISS) selama 9 bulan. Simak dampak tinggal diĀ luar angkasa terhadap tubuh mereka.
Williams dan Wilmore kembali ke Bumi bersama dua kru ISS, astronaut Nick Hague dan kosmonaut Aleksandr Gorbunov. Mereka kembali ke Bumi setelah dijemput pesawat antariksa milik SpaceX, Dragon
Keempatnya mendarat dengan selamat pada Selasa (18/3) pukul 17.57 EDT, atau Rabu (19/3) pukul 04.57 WIB di lepas pantai Tallahassee, Florida di Teluk Meksiko.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepulangan Williams dan Wilmore adalah kabar baik dalam misi yang seharusnya hanya berlangsung 10 hari tersebut. Namun, ketiadaan gravitasi selama mereka berada di luar angkasa akan memberikan dampak yang menjadi oleh-oleh bersama kepulangan mereka.
Saat kembali ke Bumi, astronaut sering mengalami pusing, mual, dan kesulitan berjalan karena mereka harus menyesuaikan diri dengan tarikan gravitasi Bumi. Karena alasan ini, para astronaut sering kali langsung duduk setelah mendarat untuk mencegah potensi jatuh atau cedera.
Dilansir Tribune, salah satu faktor kunci di balik gejala-gejala ini adalah sistem vestibular yang terletak jauh di dalam telinga, yang membantu menjaga keseimbangan. Dalam gravitasi mikro, otak menerima sinyal yang saling bertentangan dari organ vestibular, yang menyebabkan mabuk antariksa.
Ketika astronaut kembali ke Bumi, mereka terkadang mengalami ‘mabuk gravitasi’, yang meliputi pusing, vertigo, dan ketidakstabilan.
Dampak lain yang mencolok dari gravitasi mikro adalah redistribusi cairan dalam tubuh. Di luar angkasa, tanpa gravitasi yang menarik cairan tubuh ke bawah, wajah dan tubuh bagian atas para astronaut membengkak, membuat mereka terlihat ‘bengkak’.
Sekembalinya ke Bumi, mereka sering mengalami hipotensi ortostatik, atau pusing saat berdiri, karena tubuh mereka berjuang untuk mengatur sirkulasi darah melawan gravitasi Bumi yang lebih kuat.
Selain itu, berada dalam kondisi minim gravitasi yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kepadatan tulang yang parah.
NASA melaporkan bahwa para astronaut kehilangan sekitar satu persen massa tulang penopang berat badan mereka per bulan di ruang angkasa jika mereka tidak berolahraga secara ketat.
Untuk mengatasi hal ini, para astronaut di ISS mengikuti rutinitas olahraga ketat selama dua jam setiap hari, menggunakan treadmill dan peralatan resistensi untuk menjaga kesehatan otot dan tulang.
Lebih lanjut, para astronaut yang kembali dari misi luar angkasa yang panjang juga sering melaporkan perubahan yang mengejutkan, termasuk melembutkan telapak kaki mereka. Tanpa tekanan saat berjalan, kulit tebal di kaki mereka terkelupas, membuatnya sangat lembut dan sensitif.
Sistem kekebalan tubuh mereka juga terdampak. Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), sel-sel kekebalan tubuh berperilaku berbeda di luar angkasa, sehingga para astronaut lebih rentan terhadap infeksi sekembalinya mereka ke bumi. Namun, sejauh ini tidak ada infeksi parah yang dilaporkan di ISS.
Salah satu efek paling aneh yang dilaporkan berasal dari astronaut Kanada Chris Hadfield, yang mencatat adanya sensasi aneh di lidahnya setelah menghabiskan waktu berbulan-bulan di luar angkasa.
“Tepat setelah saya mendarat, saya bisa merasakan beratnya bibir dan lidah saya, dan saya harus mengubah cara saya berbicara,” katanya.
Ia menyadari bahwa dirinya tanpa sadar telah beradaptasi untuk berbicara dengan lidah yang ‘tidak berbobot’ dalam gravitasi mikro.
Radiasi
NASA menyebut radiasi luar angkasa berbeda dengan radiasi yang dialami di Bumi. Radiasi ini terdiri dari tiga jenis radiasi: partikel yang terperangkap dalam medan magnet Bumi, partikel dari suar matahari, dan sinar kosmik galaksi.
Bumi dikelilingi oleh sistem medan magnet, yang disebut magnetosfer, yang melindungi manusia dari radiasi luar angkasa yang berbahaya. Namun, semakin tinggi seseorang berada di ketinggian, semakin tinggi pula dosis radiasi yang terpapar.
Dikutip dari ABC, NASA menyebut paparan radiasi yang berkepanjangan membuat astronaut berisiko tinggi terkena penyakit radiasi dan memiliki risiko kanker seumur hidup yang lebih tinggi, efek sistem saraf pusat, dan penyakit degeneratif.
Menurut laporan NASA tahun 2017, awak di ISS disebut menerima rata-rata 80 mSv hingga 160 mSv selama enam bulan. Millisieverts (mSv) adalah unit pengukuran untuk mengetahui berapa banyak radiasi yang telah diserap oleh tubuh.
Meskipun jenis radiasinya berbeda, 1 mSv radiasi ruang angkasa kurang lebih sama dengan menerima tiga kali rontgen dada, kata badan antariksa tersebut.
(lom/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250319110535-199-1210562/balik-ke-bumi-usai-9-bulan-di-antariksa-apa-dampaknya-buat-astronaut