Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut curah hujan sangat lebat hingga ekstrem berlangsung selama sepekan terakhir. Kondisi ini disebut dapat berlanjut hingga pengujung pekan ini.
Menurut data BMKG, dalam sepekan terakhir curah hujan tinggi terjadi di beberapa wilayah, seperti di Kalimantan Timur dengan 229 mm/hari, di Sulawesi Tengah 192 mm/hari pada 26 Januari, 154 mm/hari di Kepri pada 27 Januari, dan di sekitar wilayah Jabodetabek 264 mm/hari pada 28 Januari.
“Oleh karena itu, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana diimbau untuk lebih waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem. Tetaplah mengikuti informasi terbaru dari BMKG guna memperkuat langkah antisipasi dan meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi,” ujar Dwikorita dalam sebuah keterangan, Sabtu (1/2).
Dalam analisis BMKG pada Sabtu (1/2), terdapat gangguan atmosfer di selatan Indonesia, khususnya di Samudra Hindia selatan Banten dan selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), berupa Bibit Siklon Tropis 90S dan 99S. Kehadiran kedua bibit siklon ini memengaruhi kondisi cuaca di pesisir selatan Jawa, Bali, NTB, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pergerakannya terpantau menjauhi Indonesia, tetapi keduanya disebut masih berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam 2-3 hari ke depan.
Selain itu, BMKG juga menemukan adanya Bibit Siklon Tropis 96P di Teluk Carpentaria, Australia, yang berkontribusi terhadap meningkatnya potensi cuaca ekstrem di Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Tak hanya bibit siklon tropis, sejumlah fenomena atmosfer lainnya juga diperkirakan berperan dominan dalam dinamika cuaca selama sepekan ke depan, mulai dari La Niña Lemah, Monsun Asia dan Seruakan Dingin (Cold Surge), aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Atmosfer Kelvin dan Rossby, hingga Labilitas Atmosfer dan Zona Konvergensi.
Alhasil, kombinasi ini berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem pada periode 2-7 Februari di sejumlah wilayah, mulai dari Jambi, Jawa, hingga Papua.
“Kombinasi fenomena-fenomena tersebut, menurut Dwikorita dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada periode 2 – 7 Januari 2025,” terang Dwikorita.
“Beberapa daerah yang terdampak antara lain, Papua, Papua Pegunungan, Papua Selatan, NTB, NTT, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Jawa Barat, dan Jambi,” tambahnya.
Lebih lanjut, BMKG menilai perlu antisipasi dan perhatian lebih pada kondisi cuaca di Provinsi Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan akibat dampak siklon tropis 96P di Teluk Carpentaria, Australia dan belokan angin di utara dan Selatan Papua.
Pasalnya, fenomena-fenomena tersebut menyebabkan beberapa wilayah di Papua diprediksi akan mengalami peningkatan curah hujan lebat hingga ekstrem.
Selain curah hujan tinggi, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto juga mengingatkan potensi gelombang tinggi sebagai dampak dari adanya bibit siklon tropis. Gelombang tinggi diperkirakan berkisar antara 2.5 m-4.0 m dan diprediksi terjadi di Samudera Hindia barat Bengkulu hingga Lampung, Samudera Hindia selatan Banten hingga NTT, Laut Sawu, Perairan Kupang – P. Rote, Laut Maluku, Laut Halmahera, Perairan utara Papua Barat Daya hingga Papua, Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua.
“Karena usaha mitigasi bencana hidrometeorologi yang sesungguhnya adalah mengenali perkembangan cuaca dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita,” katanya.
(lom/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250203181605-641-1194132/awal-februari-jawa-hingga-papua-masih-dibayangi-cuaca-ekstrem