Jakarta, CNN Indonesia —
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China lewat kebijakan tarif impor makin memanas karena kedua presiden ngotot mempertahankan wajah negaranya masing-masing.
China sebetulnya bukan satu-satunya negara yang dihantam tarif impor tinggi oleh AS. Ada 60 negara di seluruh belahan dunia yang dipukul Presiden AS Donald Trump dengan tarif timbal balik (resiprokal).
Trump sejatinya sudah ‘mencicil’ kenaikan tarif khusus untuk China. Sejak awal dilantik kembali menjadi orang nomor satu di Negeri Paman Sam, ia mematok tarif 10 persen untuk Tiongkok dan naik kembali menjadi 20 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu alasan kuatnya adalah Trump menuduh China gagal menghentikan pengiriman fentanil ke negaranya. Fentanil adalah golongan obat opioid sintetik yang dituding Trump dikirim dari China ke AS melalui Meksiko dan Kanada.
Usai itu, Donald Trump menggila. Ia mengobarkan perang dagang dengan slogan ‘liberation day’, berikut fakta-faktanya:
1. Trump umumkan tarif resiprokal
Trump mengumumkan penetapan tarif resiprokal untuk 60 negara pada Rabu (2/4). Produk-produk China yang masuk ke Amerika dihantam tarif impor 34 persen, dari yang semula hanya 20 persen.
“Dalam banyak kasus, kawan lebih buruk daripada lawan dalam hal perdagangan,” kata Trump, dikutip dari Channel News Asia.
“Selama beberapa dekade, negara kita telah dijarah, dirampok, diperkosa, dan dijarah oleh negara-negara dekat dan jauh, baik kawan maupun lawan,” tegasnya.
Kebijakan tarif resiprokal tersebut resmi berlaku mulai Rabu (9/4), tepat sepekan setelah pengumuman Trump.
2. China melawan
Presiden China Xi Jinping ogah tunduk. Ia dan jajaran anak buahnya tegas melawan aksi Donald Trump dengan memasang tarif balasan yang sama besarnya, yakni 34 persen untuk barang dari AS.
Dewan Komisi Tarif Kementerian Keuangan China mengumumkan aksi balasan ini pada Jumat (4/4) lalu. Tarif impor balasan dari Tiongkok resmi berlaku mulai hari ini, Kamis (10/4).
“Tindakan AS tak sejalan dengan aturan perdagangan internasional, sangat merugikan hak dan kepentingan sah China, dan merupakan contoh khas dari intimidasi sepihak,” bunyi penggalan pernyataan Dewan Komisi Tarif Kementerian Keuangan China.
“Sesuai dengan UU Tarif Republik Rakyat China, UU Kepabeanan Republik Rakyat China, UU Perdagangan Luar Negeri Republik Rakyat China, dan undang-undang serta peraturan lain serta prinsip dasar hukum internasional, dengan persetujuan Dewan Negara, tarif tambahan akan dikenakan pada barang impor yang berasal dari Amerika Serikat mulai pukul 12:01 pada 10 April 2025,” sambung China.
Trump merespons aksi balasan China. Menurutnya, apa yang dilakukan Negeri Tirai Bambu adalah kepanikan.
3. AS tambah tarif impor untuk China
Usai menyebut retaliasi China sebagai bentuk kepanikan, Trump menebar ancaman baru. Ia mengatakan bakal menambah tarif tersebut sampai 50 persen.
“Selain itu, semua pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka dengan kami akan dihentikan! (Sedangkan) negosiasi dengan negara lain yang juga telah meminta pertemuan akan segera dimulai,” kata Trump dalam unggahan di akun media sosial Truth Social, Senin (7/4).
Trump kemudian menaikkan lagi tarif impor untuk produk China pada hari berikutnya. Tak tanggung-tanggung, Negeri Tirai Bambu dihantam tarif baru sebesar 104 persen yang berlaku pada hari pertama penerapan tarif resiprokal.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan negara yang memilih melawan tarif Trump adalah kesalahan. Ia menyebut orang nomor satu di AS itu memiliki tulang punggung baja dan tak akan patah dalam peperangan ini.
Di lain sisi, China bersumpah tak akan tinggal diam atas serangan Trump. Kementerian Perdagangan China memperingatkan bahwa memberi tekanan serta ancaman bukan cara yang benar untuk berurusan dengan mereka.
4. China gandakan perlawanan, AS makin ngamuk
China kembali melipatgandakan perlawanan dengan menambah tarif balasan untuk AS, dari semula 34 persen menjadi 84 persen. Tarif baru ini mulai berlaku hari ini.
“Kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Tiongkok tidak dapat diganggu gugat. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian, dikutip dari AFP.
Sudah sedari awal China menegaskan tak takut dengan perlakuan Trump. Bahkan, Presiden Xi Jinping dan jajarannya bersumpah melawan AS sampai titik akhir.
Namun, AS justru makin mengamuk melihat respons China. Trump membalas lagi China dengan meningkatkan tarif impor menjadi 125 persen untuk Negeri Tirai Bambu itu.
“Karena kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China kepada pasar dunia, dengan ini saya menaikkan tarif yang dikenakan ke China oleh Amerika Serikat menjadi 125 persen, berlaku segera,” kata Trump via Instagram.
“Suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan negara-negara lain tidak lagi berkelanjutan atau dapat diterima,” sambungnya.
5. China ‘ngadu’ ke WTO
China juga menempuh jalur lain dalam perang tarif ini. Mereka melayangkan tuntutan terhadap Amerika Serikat kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Perwakilan China di WTO menuturkan Beijing telah resmi mengajukan tuntutan terhadap AS ke WTO terkait penerapan perang tarif Trump yang dianggap berpotensi mengacaukan perdagangan global.
Beijing juga menuduh Washington telah melanggar aturan WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral. China mendorong Sekretariat WTO meneliti dampak dari kebijakan tarif timbal balik terhadap perdagangan global serta melaporkan temuannya kepada seluruh anggota.
“Situasi ini telah meningkat secara berbahaya … Sebagai salah satu anggota yang terdampak, China menyampaikan keprihatinan mendalam dan penolakan tegas terhadap langkah sembrono ini,” tegas pernyataan China kepada WTO.
“Tarif timbal balik bukanlah dan tidak akan pernah menjadi solusi bagi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, kebijakan ini akan menjadi bumerang dan justru merugikan Amerika Serikat sendiri,” kata mereka.
[Gambas:Photo CNN]
6. Trump tunda tarif ke puluhan negara, kecuali China
Presiden AS Donald Trump baru saja mengumumkan jeda penerapan tarif timbal balik selama 90 hari atau tiga bulan penuh. Ini berlaku nyaris untuk semua negara.
Seluruh negara yang semula dikenai tarif resiprokal akan kembali ke tarif universal sebesar 10 persen. Namun, penundaan tarif ini tak berlaku untuk China selaku negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
“Berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 negara telah memanggil perwakilan AS, termasuk Departemen Perdagangan, Keuangan, dan USTR untuk merundingkan solusi bagi subjek yang sedang dibahas terkait perdagangan, hambatan perdagangan, tarif, manipulasi mata uang, dan tarif non-moneter. Dan bahwa atas saran saya, negara-negara ini tidak membalas dengan cara, bentuk, atau wujud apapun terhadap AS,” jelas Trump dalam unggahan di Truth Social.
Di lain sisi, seorang pejabat Gedung Putih menyebut Meksiko dan Kanada tak akan mengikuti aturan tarif 10 persen. Hampir setiap barang yang berasal dari dua negara tetangga AS itu bakal tetap dikenakan tarif 25 persen, kecuali jika mereka mematuhi Perjanjian AS-Meksiko-Kanada.
7. Lima komoditas teratas impor dan ekspor China-AS
China merilis white paper yang berisi data-data impor dan ekspor dengan Amerika Serikat (AS) selama ini. Dokumen resmi yang dirilis di tengah perang tarif itu turut merinci lima komoditas teratas yang mereka ekspor ke AS, maupun paling banyak diimpor dari Negeri Paman Sam.
Lima komoditas teratas yang diekspor China ke AS pada 2024, yaitu mesin dan peralatan listrik serta suku cadangnya; peralatan mekanis dan suku cadangnya; furnitur; mainan; serta plastik. Mereka mengklaim barang-barang tersebut mencapai 57,2 persen dari total ekspor China ke AS.
Di lain sisi, China juga mengimpor sejumlah komoditas dari AS, yaitu bahan bakar mineral (BBM); peralatan mekanis dan suku cadangnya; mesin dan peralatan listrik serta suku cadangnya; instrumen dan peralatan optik; serta biji minyak termasuk kedelai. Porsi lima komoditas impor teratas itu diklaim mencakup 52,8 persen dari total impor Tiongkok di 2024.
“Sejak terjalinnya hubungan diplomatik antara Tiongkok dan AS, kedua belah pihak telah mencapai hasil yang bermanfaat dalam kerja sama perdagangan dan investasi bilateral, saling melengkapi, dan saling menguntungkan,” tegas China.
“Fakta menunjukkan bahwa kerja sama antara Tiongkok dan AS menguntungkan kedua belah pihak, sementara konfrontasi merugikan keduanya. Kerja sama sangat penting untuk saling menguntungkan,” imbuh mereka.
Tiongkok mengatakan AS saat ini menjadi tujuan ekspor barang terbesar serta sumber impor tertinggi kedua bagi mereka. Di lain sisi, China merupakan tujuan ekspor terbesar ketiga AS dan sumber impor terbesar kedua.
8. China bantah sengaja bikin AS defisit
Pemerintah China membantah sengaja mengejar surplus perdagangan dari AS, sehingga membuat Negeri Paman Sam mengalami defisit. Bahkan, mereka mengklaim ekspor AS ke China justru tumbuh pesat setelah Negeri Tirai Bambu bergabung ke WTO.
“Neraca perdagangan barang antara Tiongkok dan AS merupakan hasil tak terelakkan dari masalah struktural dalam ekonomi AS, serta konsekuensi dari keunggulan komparatif dan pembagian kerja internasional antara kedua negara. Tiongkok tidak secara sengaja mengejar surplus perdagangan,” tegas mereka.
China juga mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana ekspor barang AS ke Negeri Tirai Bambu mencapai US$143,55 miliar pada 2024 lalu. Ini diklaim naik 648,4 persen dari US$19,18 miliar pada 2001 lalu, bahkan jauh melampaui pertumbuhan ekspor keseluruhan sebesar 183,1 persen selama periode yang sama.
Sementara itu, Reuters mengutip data Sensus AS yang mencatat surplus dagang China dengan AS mencapai US$295,4 miliar pada tahun lalu. Angka tersebut naik dari surplus China US$279,1 miliar di 2023.
“Kesenjangan (defisit) perdagangan barang (AS dan China) mencapai puncaknya pada 2018 sebesar US$418 miliar, tahun yang sama ketika Trump dalam masa jabatan pertamanya sebagai presiden mengenakan tarif pada barang Tiongkok,” tulis laporan tersebut.
[Gambas:Video CNN]
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250410111745-92-1217374/fakta-fakta-saling-balas-tarif-dagang-as-china