Ilmuwan Kembangkan Teknologi AI yang Bisa Prediksi Badai Matahari

Berita, Teknologi2 Dilihat
banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Teknologi kecerdasan buatan (AI) saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, di antaranya bahkan bisa memprediksi fenomena badai Matahari sebelum terjadi.

Ketidakpastian aktivitas di Matahari merupakan salah satu tantangan yang dihadapi fisikawan surya modern.

Salah satu aktivitas Matahari yang memiliki ketidakpastian dampak adalah lontaran massa korona (CME). Namun, algoritma pembelajaran mesin yang tengah berkembang saat ini mungkin bisa memberi lebih banyak peringatan sebelum kejadian tersebut berlangsung.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa algoritma yang dilatih untuk mengamati aktivitas Matahari selama beberapa dekade bisa melihat tanda-tanda peningkatan aktivitas di area yang disebut AR13664, dan mungkin bisa membantu untuk mengantisipasi terjadinya ledakan di masa depan.

Lontaran Massa Korona adalah semburan besar plasma yang terlontar dari korona Matahari ke ruang angkasa akibat adanya gangguan pada medan magnetik Matahari. Peristiwa eksplosif ini sering dikaitkan dengan suar dan terjadi ketika garis-garis medan magnet tiba-tiba menyelaraskan diri, melepaskan energi dalam jumlah besar.

CME dapat bergerak dengan kecepatan mulai dari beberapa ratus hingga beberapa ribu kilometer per detik. Lontaran ini terkadang mencapai Bumi dalam hitungan hari, jika lintasannya searah dengan arah kita.

Saat tiba di Bumi, CME dapat berinteraksi dengan magnetosfer dan memicu badai geomagnet, yang berpotensi mengganggu komunikasi satelit, sistem GPS, dan jaringan listrik. Selain itu, mereka juga dapat menyebabkan aktivitas aurora, menciptakan tampilan cahaya di kutub utara dan selatan yang tampak indah.

Memperkirakan secara akurat kejadian CME dan bagaimana dampaknya pada magnetosfer kita merupakan salah satu tantangan yang dihadapi para astronom.

Dalam studi terbaru yang dipimpin oleh Sabrina Guastavino dari University of Genoa, tim peneliti menerapkan teknologi AI untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Mereka menggunakan teknologi yang tengah tumbuh ini untuk memprediksi peristiwa yang terkait dengan badai Matahari Mei 2024 yang menghasilkan suar besar, yang diketahui berasal dari wilayah 13644.

Badai ini melepaskan peristiwa Matahari yang intens, termasuk suar yang diklasifikasikan dalam kategori X8.7.

Dengan menggunakan AI, tim ini mampu mengarahkan teknologi pembelajaran mesin ke sejumlah besar data yang telah dikumpulkan sebelumnya, untuk menemukan pola-pola kompleks yang tidak mudah dikenali dengan teknik konvensional.

Dikutip dari Science Alert, peristiwa tahun 2024 ini disebut sebagai kesempatan luar biasa dan tidak biasa untuk menguji kemampuan AI dalam memprediksi aktivitas Matahari. Tujuan utamanya adalah untuk memprediksi terjadinya jilatan api Matahari, bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu, serta produksi CME, dan pada akhirnya, untuk memprediksi badai geomagnetik di Bumi.

Para peneliti mengetes kemampuan AI tersebut terhadap peristiwa Mei 2024 dan memberikan hasil yang mengesankan.

Menurut paper mereka, prediksi tersebut menunjukkan ‘akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam prakiraan dengan pengurangan ketidakpastian yang signifikan dibandingkan dengan metode tradisional.”

Hasil waktu tempuh CME ke Bumi, dan permulaan badai geomagnet, juga sangat akurat. Dengan kata lain, dampak dari penelitian ini sangat besar.

Lebih lanjut, pemadaman jaringan listrik, komunikasi, dan masalah satelit dapat menjadi kerugian besar saat CME menghantam Bumi, sehingga penerapan perangkat pembelajaran mesin AI untuk memprediksi aktivitas Matahari tampak seperti kemajuan yang menarik.

(lom/dmi)


Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250203131712-199-1193983/ilmuwan-kembangkan-teknologi-ai-yang-bisa-prediksi-badai-matahari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *