Imbas Polusi Udara, Pakar BRIN Wanti-wanti Ancaman Hujan Asam

Berita, Teknologi4 Dilihat
banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Trismidianto mengungkap bahwa polusi udara berpeluang membuat hujan asam. Apa dampaknya?

Trismidianto mengatakan air hujan yang tercemar polutan seperti logam berat, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida dapat membentuk hujan asam yang berpotensi merusak lingkungan dan infrastruktur.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan bagaimana nasib Patung Pancoran yang selama ini sudah tercemar hujan asam menyebabkan korosi pada permukaan patung.

“Hujan asam terjadi karena berbagai faktor lingkungan, termasuk polusi udara dan hujan. Faktor-faktor ini yang menyebabkan korosi pada permukaan patung,” kata Trismidianto, melansir laman resmi BRIN, Senin (17/2).





Ia mengatakan bahwa air hujan sering disepelekan oleh masyarakat karena mereka menilai hal tersebut tidak berbahaya. Padahal, jika air hujan tercemar polusi bisa membawa polutan seperti logam berat, sulfur dioksida, hingga nitrogen oksida yang dapat membentuk hujan asam.

Oleh sebab itu, ia menyebut bahwa penelitian di bidang iklim dan atmosfer sangat penting untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan dalam memprediksi peringatan dini bencana, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pengelolaan lingkungan berkelanjutan, serta pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Ia menguraikan atmosfer Bumi memiliki lapisan utama, yakni troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer/ionosfer, dan eksosfer. Setiap lapisan tersebut memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda.

“Hujan asam terbentuk di troposfer, yaitu lapisan atmosfer yang paling bawah yang membentang hingga sekitar 8-15 km di atas permukaan Bumi. Troposfer merupakan tempat terjadinya sebagian besar fenomena cuaca, termasuk hujan, maka hujan asam juga terjadi di lapisan ini,” jelas dia.

READ  Red Sparks Kalahkan Hillstate, Duet Megawati-Bukilic Cetak 69 Poin

Sementara, ionosfer berpengaruh terhadap penerbangan dan memprediksi bencana.

“Sampai saat ini, sedang berlanjut pengujian riset tentang total elektron ionosfer untuk memprediksi terjadinya gempa bumi dengan melihat pergerakan atau perubahan di permukaan melalui total elektron,” terangnya.

Interaksi antara atmosfer dan lautan juga berperan penting dalam pertanian serta pola cuaca global. Perubahan arus laut juga dapat mempengaruhi curah hujan dan kondisi iklim di Indonesia.

Salah satu contoh fenomena ini adalah El Nino, yang terjadi akibat gangguan pada sirkulasi atmosfer dan lautan di Samudra Pasifik. El Nino menyebabkan perubahan pola cuaca ekstrem, yang dapat berdampak negatif pada tanaman dan hasil panen.

Trismidianto mengatakan perubahan iklim sangat berkaitan dengan aktivitas manusia.

“Jika kita melihat dari semuanya itu berkontribusi menyumbang dengan terjadinya perubahan iklim. Pertanyaannya sekarang bagaimana kita menstabilkan perubahan iklim tersebut,” ucap dia.

Ia menjelaskan perubahan iklim merupakan perubahanyang terjadi atas variabel-variabel iklim, khususnya temperatur udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu panjang, antara 50 sampai 100 tahun. Dalam perubahan iklim bisa saja terjadi banjir, kekeringan, pergeseran musim, hingga pergeseran cuaca.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250224164611-641-1201919/imbas-polusi-udara-pakar-brin-wanti-wanti-ancaman-hujan-asam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *