Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri membeberkan alasan mereka memilih bekerja di luar RI di tengah tren ajakan ke luar negeri yang sedang marak di media sosial, #KaburAjaDulu.
WNI yang bekerja di Australia, Lintang, mengatakan memilih bekerja di negeri tetangga karena pendapatan yang menjanjikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau aku pribadi, pertama jelas dari gaji. Di sini (Australia, kalau sudah bekerja terasa banget,” kata Lintang saat diwawancara CNNIndonesia.com, Selasa (18/2).
Lintang menilai hidup di Kota Melbourne terasa lebih terjangkau dibanding di Jakarta. Saat ini, dia bekerja di salah satu pabrik daging yang jadi pemasok utama daging-daging di supermarket.
Iklan-iklan pekerjaan di Australia, lanjut dia, rata-rata juga terbuka soal gaji, sehingga pencari kerja memiliki gambaran besaran pendapatan yang bakal mereka terima.
Lintang juga mengungkapkan rata-rata gaji di Melbourne jika dirupiahkan per jam sekitar Rp250 ribu.
“Kalau kerja 38-40 jam, bisa dapat sekitar Rp8-12 juta per minggunya,” imbuh dia.
WNI lain yang bekerja di Jerman, Jismi Akmam Bukhara, memilih bekerja di luar negeri karena ada kesempatan yang lebih baik dibandingkan di Indonesia.
“Memilih [kerja] ke luar negeri karena opsi ini muncul dari kumulatif kesenjangan sosial yang makin terasa sampai kasat mata,” kata Jismi.
Jismi yang tinggal di Jerman selama 16 tahun mengatakan lebih banyak benefit termasuk beragam tunjangan sosial yang ditawarkan.
Bersambung ke halaman berikutnya…
WNI yang bekerja di Inggris, Fahmi Ardi, memilih bekerja di luar negeri untuk mencari pengalaman bekerja di kancah global, memperkuat jaringan internasional, dan memperdalam soft skills.
“Agar suatu saat bisa diaplikasikan dan berkontribusi memperkaya nilai-nilai profesional di Indonesia,” ucap Fahmi yang bekerja sebagai arsitek lanskap di London sejak 2017.
Fahmi juga mengatakan perlu bekerja di London lantaran kota ini merupakan episentrum perusahaan internasional yang bergerak di bidang arsitektur. Dengan demikian, dia bisa terlibat dalam proyek-proyek serius, berstandar tinggi, dan prestise.
Belajar kultur baru
Tak jauh berbeda, Risqa alumni salah satu kampus negeri di Bandung punya alasan khusus bekerja di luar negeri. Dia memiliki ambisi merantau di negeri asing sejak SMA.
Risqa lalu mengambil program studi yang dianggap bisa menopang keinginan dia bekerja di luar negeri: Bahasa dan Sastra Inggris. Setelah itu, dia mempersiapkan langkah demi langkah untuk bisa bekerja di luar negeri.
“Aku senang banget kerja entah di Malaysia sama Thailand. Karena aku bisa belajar kultur baru, kenal sama orang-orang baru, dan secara lingkungan kerja jauh lebih sehat,” ungkap dia.
Risqa menyadari di Indonesia sedang ramai tren ajakan untuk bekerja di luar negeri. Namun, dia juga menekankan tak ingin tinggal selamanya di negara tetangga. Dia selalu rindu rumah. Bagi perempuan itu, Indonesia memang bukan tempat kerja, tetapi Indonesia adalah rumah untuk pulang.
Belakangan, tren #KaburAjaDulu mewarnai media sosial di Indonesia karena situasi sosial dan ekonomi di negara ini yang tak sesuai ini.
Tren tersebut sekaligus menjadi protes warga Indonesia karena lapangan pekerjaan yang tak memadai, gaji tak layak, pendidikan tak sesuai harapan, dan pemberian jaminan sosial atau kesejahteraan yang masih dianggap kurang.
Menanggapi tren tersebut, Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bekerja di luar negeri merupakan hak semua orang. Mereka menggarisbawahi proses tersebut harus dilakukan sesuai prosedur dan legal.
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250219070501-134-1199830/kaburajadulu-ini-alasan-wni-bekerja-di-australia-hingga-jerman