Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Banjir melanda sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) awal Maret kemarin. Banjir kemarin dianggap lebih parah dibanding tahun 2020 silam.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan berdasarkan data pihaknya, curah hujan yang turun saat banjir awal Maret kemarin ternyata tidak lebih tinggi dari tahun 2020. Namun begitu, dampak banjirnya lebih dahsyat dibanding 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini data curah hujan, sebelah kiri di tahun 2020 di bulan Januari di Bekasi, curah hujannya jauh lebih tinggi, mencapai 300 milimeter lebih di Bekasi, itu warnanya pink ini curah hujan melampaui ekstrem,” kata Dwikorita
“Tapi banjirnya saat itu tidak sedahsyat kejadian tahun 2025, di mana curah hujannya tidak melampaui 300 mm,” lanjut dia.
Merujuk data BMKG, pada banjir Januari 2020, saat itu intensitas curah hujan cukup ekstrem, mencapai 377 mm/hari.
Sementara itu, data BMKG 3-4 Maret 2025 menunjukkan curah hujan tertinggi terjadi di stasiun pengamatan Katulampa dengan curah hujan 232 mm/hari.
“Saat itu curah hujannya sekitar 200-an milimeter, beda 100 milimeter lebih, tetapi kenapa banjirnya jauh lebih dahsyat, jadi ini pertanyaan lagi apakah semata-mata banjir itu karena hujan ekstrem atau karena hal yang lain di kondisi di lingkungan,” papar Dwikorita.
Menurut Dwikorita hal ini juga menunjukkan bahwa tutupan lahan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) hingga urbanisasi bisa jadi penyebab banjir kian parah di kawasan Jabodetabek. Oleh karena itu, menurutnya tidak semua bencana banjir tidak melulu imbas curah hujan yang tinggi.
“Ini juga menunjukkan tutupan lahan DAS Ciliwung dan urbanisasi yang dicurigai, dihipotesiskan bahwa banjir itu tidak sepenuhnya dikontrol oleh curah hujan, namun juga kondisi DAS. Ini perkembangan das ini dari tahun ke tahun huniannya itu semakin merambah luas,” papar Dwikorita.
“Ini juga pertumbuhan lingkungan perubahan lingkungan kota dan pemanasan lokal kita lihat tahun 2005 lahan yang terbuka belum luas. Bandingkan setiap tahun ada perubahan perluasan pembukaan lahan dan korelasi dengan kenaikan suhu, suhunya semakin meningkat,” lanjut dia.
(lom/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250324173628-641-1212527/kenapa-banjir-jabodetabek-2025-lebih-parah-dari-2020-ini-kata-bmkg