Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan kondisi kekurangan pasokan medis yang parah menghambat upaya untuk menanggulangi dampak gempa bumi Myanmar.
Korban gempa Myanmar dilaporkan membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak. OCHA menyebut rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Myanmar mengalami kerusakan parah dan hancur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
OCHA juga mengatakan pihaknya sedang memobilisasi upaya tanggap darurat, bersama dengan organisasi mitra kemanusiaan.
“Seiring dengan skala penuh bencana yang terjadi, bantuan kemanusiaan yang mendesak diperlukan untuk mendukung mereka yang terkena dampak,” kata OCHA seperti diberitakan AFP, Minggu (30/3).
“Kekurangan pasokan medis yang parah menghambat upaya tanggapan, termasuk peralatan trauma, kantong darah, anestesi, alat bantu, obat-obatan penting, dan tenda untuk petugas kesehatan,” imbuh OCHA.
“Gangguan telekomunikasi dan internet terus menghambat komunikasi dan operasi kemanusiaan. Jalan yang rusak dan puing-puing menghalangi akses kemanusiaan dan mempersulit penilaian kebutuhan,” ujar OCHA.
OCHA mengatakan upaya koordinasi tengah dilakukan untuk menilai kebutuhan cepat dan meningkatkan respons darurat.
“Gempa bumi menyebabkan kerusakan rumah yang meluas dan kerusakan parah pada infrastruktur penting. Ribuan orang menghabiskan malam di jalan atau ruang terbuka karena kerusakan dan kehancuran rumah, atau takut akan gempa susulan,” kata OCHA.
OCHA melaporkan di Myanmar bagian tengah dan barat laut, rumah sakit di Mandalay, Magway, dan ibu kota Naypyidaw berjuang untuk menangani masuknya korban luka.
“Di bagian selatan negara bagian Shan, beberapa kota telah terkena dampak, dengan pakaian, selimut, tempat penampungan darurat, dan bantuan makanan yang dibutuhkan segera,” kata OCHA.
Badan tersebut mengatakan konvoi 17 truk kargo dari China yang membawa tempat penampungan dan perlengkapan medis diperkirakan akan tiba pada Minggu (30/3).
Sementara itu, WHO mengatakan telah mengirimkan hampir tiga ton perlengkapan medis, termasuk peralatan trauma dan tenda serbaguna, dari gudang daruratnya di Yangon ke rumah sakit di Mandalay dan Naypyidaw yang merawat ribuan korban luka akibat gempa.
Sekretaris jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) Jagan Chapagain mengatakan tim Palang Merah di Myanmar berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan korban.
Mereka juga menyediakan perawatan pra-rumah sakit, dan mendistribusikan bahan-bahan tempat penampungan darurat.
Dalam sebuah video dari Yangon, Marie Manrique, penjabat kepala delegasi IFRC di Myanmar, mengatakan jumlah korban tewas dan cedera terus meningkat.
“Kami memang memiliki beberapa kisah yang menggembirakan tentang penemuan orang-orang… Namun, kisah-kisah sedih akan terus berdatangan,” katanya.
Sementara itu hingga Minggu (30/3), junta militer mengatakan jumlah korban gempa Myanmar hingga saat ini sudah mencapai 1.644 orang meninggal, lebih dari 3.400 orang terluka, dan setidaknya ada 139 yang dikonfirmasi masih hilang.
(yoa/end)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250330090117-106-1214512/pbb-korban-gempa-myanmar-kekurangan-pasokan-medis