Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Palestina menegaskan menolak rencana pendudukan kembali atau merelokasi warga Jalur Gaza ke tempat lain. Hal itu diutarakan Kantor Kepresidenan Palestina pada Senin (3/2) menyusul polemik usulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk merelokasi warga Gaza ke negara lain.
Usulan kontroversial itu muncul dari Trump dengan dalih rekonstruksi wilayah Gaza yang hancur imbas agresi brutal Israel sejak Oktober 2023 dan gencatan senjata telah berlaku pada 19 Januari lalu.
Juru bicara Kantor Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh bahkan menganggap rencana AS itu demi mengakomodir kepentingan Israel semata.
“Rakyat Palestina tidak akan menerima rencana pendudukan kembali atau tanah air alternatif,” tegas Abu Rudeineh melalui pernyataan seperti dikutip Anadolu Agency.
“Mengancam rakyat kami tidak akan membawa manfaat bagi siapa pun, justru hanya akan berujung pada kehancuran besar di sini maupun di kawasan, entah hari ini atau esok,” paparnya menambahkan.
Ia memperingatkan bahwa rencana Israel tersebut akan membawa dampak serius bagi masa depan seluruh kawasan.
“Otoritas pendudukan (Israel) semakin memperluas perang total mereka terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan mengusir warga dan melakukan pembersihan etnis,” ujar Abu Rudeineh seperti dilansir The Middle East Monitor.
Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengusulkan agar warga Palestina di Gaza direlokasi ke Yordania dan Mesir, dengan menyebut wilayah tersebut sebagai “zona penghancuran” akibat perang Israel. Namun, proposal tersebut langsung ditolak keras oleh Amman dan Kairo.
Pada Sabtu, pertemuan enam negara Arab di Kairo dengan tegas menolak pemindahan warga Palestina dari Gaza dan kembali menekankan pentingnya penerapan solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.
Abu Rudeineh juga menyinggung tindakan keras Israel di Tepi Barat terutama Jenin. Meski Israel telah gencatan senjata di Gaza, militer negara Zionis itu tetap melancarkan beberapa serangan terhadap wilayah di Tepi Barat dengan dalih memberangus milisi di wilayah itu.
“Kebijakan agresif yang dilakukan pasukan pendudukan (Israel) di Tepi Barat telah menyebabkan kematian 29 warga, ratusan lainnya terluka dan ditahan, serta menghancurkan seluruh blok permukiman di Kamp Pengungsi Jenin dan Tulkarem. Ribuan warga telah kehilangan tempat tinggal, sementara infrastruktur mengalami kerusakan besar-besaran,” ujar Rudeineh menambahkan.
Abu Rudeineh mendesak AS untuk segera turun tangan “sebelum semuanya terlambat, guna menghentikan agresi Israel yang terus berlangsung, yang dapat memicu eskalasi tak terkendali dengan konsekuensi yang harus ditanggung oleh semua pihak.”
Pada 21 Januari lalu, tentara Israel melancarkan serangan ke Kota Jenin dan kamp pengungsinya, menewaskan sedikitnya 26 warga Palestina. Serangan tersebut kemudian diperluas ke Kota Tulkarem, di mana setidaknya tiga warga Palestina terbunuh.
Eskalasi Israel di Tepi Barat terjadi setelah gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan diberlakukan di Gaza pada 19 Januari.
Sejak agresi Israel di Gaza berlangsung, lebih dari 900 warga Palestina telah terbunuh di Tepi Barat akibat serangan pasukan Israel dan pemukim bersenjata.
(rds/rds)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250204151721-120-1194488/palestina-ke-trump-mengancam-kami-hanya-akan-bawa-kehancuran