Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Para pakar kesehatan memperingatkan potensi ancaman pandemi flu burung yang menunjukkan tanda-tanda mutasi, meningkatkan risiko penyebaran antar manusia.
Flu burung varian H5N1, yang pertama kali muncul di China pada tahun 1996, kini menyebar lebih luas daripada sebelumnya termasuk ke wilayah terpencil seperti Antartika.
Menurut Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), sejak Oktober 2021 lebih dari 300 juta unggas telah mati atau dimusnahkan akibat wabah flu burung. Selain itu, 315 spesies burung liar dilaporkan terinfeksi di 79 negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan mamalia yang memakan burung terinfeksi, seperti anjing laut, mengalami kematian massal.
Situasi semakin kompleks pada Maret lalu, ketika virus mulai menyebar di antara sapi perah di Amerika Serikat dan membuat fenomena baru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa 58 orang di negara tersebut telah dinyatakan positif flu burung tahun ini, termasuk dua kasus tanpa kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Pakar epidemiologi Meg Schaeffer dari SAS Institute menyatakan sejumlah faktor kini menunjukkan bahwa flu burung berada di ambang menjadi pandemi.
“Flu burung sedang mengetuk pintu kita dan dapat memulai pandemi baru kapan saja,” ungkap Schaeffer, melansir Science Alert, Kamis (12/12).
Dalam sebuah headline artikel opini di The New York Times, flu burung disebut sebagai “salah satu bencana yang paling bisa diperkirakan dalam sejarah,”.
Meski saat ini masih ada hambatan biologis yang mencegah H5N1 menyebar dengan mudah antar manusia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus ini hanya membutuhkan satu mutasi tambahan untuk meningkatkan kemampuan infeksi pada manusia.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science mengungkapkan bahwa varian flu burung yang menginfeksi sapi di AS kini mendekati titik di mana ia dapat menyebar lebih efektif di antara manusia.
Meski demikian, Ed Hutchinson, virolog dari University of Glasgow menegaskan bahwa belum ada kepastian apakah H5N1 akan berkembang menjadi penyakit yang menyebar di antara manusia. Namun, semakin banyak spesies yang terinfeksi, semakin besar peluang virus untuk beradaptasi.
“Kita belum tahu apakah virus influenza H5N1 akan berevolusi menjadi penyakit manusia,” jelas Hutchinson
Ia juga menyoroti kasus remaja di Kanada yang menderita flu burung berat, di mana analisis genetik menunjukkan virus mulai berevolusi untuk lebih mudah menginfeksi sel manusia.
Kasus flu burung pada pekerja peternakan di AS sebagian besar ringan sejauh ini. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa delapan dari 115 pekerja sapi perah di Michigan dan Colorado memiliki antibodi flu burung, menunjukkan tingkat infeksi sekitar tujuh persen. Hal ini memunculkan kekhawatiran adanya kasus yang tidak terdeteksi.
“Jika pandemi flu burung terjadi, dampaknya bisa sangat parah karena manusia belum memiliki kekebalan terhadap virus ini,” tambah Schaeffer.
Untuk mencegah skenario terburuk, para peneliti mendesak pemerintah AS untuk meningkatkan pengujian dan memperkuat kerja sama internasional. Departemen Pertanian AS baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menguji pasokan susu nasional terhadap flu burung, dengan perhatian khusus pada susu mentah yang belum dipasteurisasi.
Tom Peacock, seorang virolog dari Imperial College London, menyebutkan bahwa meskipun ada kekhawatiran, pengembangan perawatan antivirus dan vaksin dapat memberikan harapan.
(wnu/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20241213170507-199-1177163/pakar-peringatkan-dunia-di-ambang-pandemi-flu-burung