Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Sebuah laporan terbaru menyebut Bumi telah mencatatkan rekor dekade terpanas selama 10 tahun terakhir. Simak penjelasannya.
Laporan State of the Global Climate dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memberikan catatan mengkhawatirkan yang menurut para ilmuwan seharusnya menjadi penggerak seluruh negara mengambil tindakan drastis.
Laporan tersebut menemukan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer berada pada tingkat tertinggi dalam 800.000 tahun terakhir. Tingkat konsentrasi gas tinggi tersebut termasuk metana dan dinitrogen oksida.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan ini disebutkan bahwa 2024 mencatatkan rekor sebagai tahun terpanas dalam 175 tahun terakhir, mengalahkan tahun 2023 yang mencatatkan rekor sebelumnya.
Pada 2024, pertama kalinya temperatur global melewati 1,5 derajat Celcius, batas atas yang telah ditentukan pada 1850-1900.
Para ilmuwan mengatakan hal itu tidak berarti bahwa kita telah secara permanen melewati batas global yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Namun, catatan tersebut menunjukkan bahwa Bumi semakin dekat untuk melewati batas tersebut.
Dilansir CNN, rekor tingkat gas rumah kaca sebagian besar menjadi penyebab kenaikan suhu, dibantu oleh dorongan jangka pendek dari El Nino.
Menurut WMO, pemanasan global jangka panjang akan berlangsung dan diperkirakan berada di antara 1,34 dan 1,41 derajat Celcius lebih tinggi dari masa pra-industri.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan bahwa membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius masih memungkinkan, tetapi “para pemimpin harus mengambil langkah untuk mewujudkannya.”
Laut mendidih
Meningkatnya suhu global berarti air yang lebih hangat, karena lautan menyerap 90 persen dari kelebihan panas tersebut.
Rekor panas baru telah terjadi selama delapan tahun terakhir, dan laju pemanasan laut selama dua dekade terakhir lebih dari dua kali lipat dari dibandingkan periode 1950 hingga 2005.
Air laut yang hangat telah menyebabkan pemutihan terumbu karang yang parah selama setahun terakhir, memicu badai tropis dan subtropis, serta memperparah hilangnya es laut.
Kenaikan muka laut
Laporan tersebut mengatakan laju kenaikan permukaan air laut rata-rata global telah meningkat dua kali lipat sejak rekaman satelit pertama pada 1993, dan mencapai rekor tertinggi pada 2024.
Kenaikan 2,1 milimeter per tahun yang tercatat antara tahun 1993 dan 2002 tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenaikan 4,7 milimeter antara tahun 2015 dan 2024.
Kenaikan permukaan air laut yang lebih tinggi memiliki dampak bagi masyarakat pesisir, termasuk banjir, erosi, dan salinisasi air tanah.
Kenaikan permukaan laut diperparah oleh pencairan es di laut. Tiga tahun sejak 2021 merupakan kehilangan massa gletser terbesar selama tiga tahun yang pernah tercatat.
WMO menyebut penyusutan wilayah es yang sangat parah tercatat di Norwegia, Swedia, Svalbard, dan Andes tropis.
(lom/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20250321133947-641-1211555/pecah-rekor-dunia-alami-dekade-terpanas-sepanjang-sejarah