Jakarta, CNN Indonesia —
Patung kayu atau ornamen ‘penyu‘ raksasa di Alun-Alun Gadobangkong, Palabuhanratu, Sukabumi rusak parah.
Lewat video viral di media sosial, ornamen yang menjadi salah satu ikon kawasan pesisir selatan Pulau Jawa itu tampak jebol di beberapa bagian, terutama pada cangkangnya yang berlubang besar.
Namun sejumlah netizen mengungkapkan fakta yang mengejutkan karena bagian dalam ornamen yang seharusnya kokoh justru memperlihatkan rangka dari bambu dan material mirip kertas berbahan kardus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemandangan ini sontak memicu kritik soal kualitas bahan serta konstruksi ornamen yang disebut-sebut merupakan bagian dari proyek pembangunan senilai Rp13 miliar itu.
Mengutip pantauan detikcom, selain bagian cangkang yang hancur, beberapa bagian tubuh ornamen penyu, seperti sirip dan kaki, juga tampak mengalami kerusakan.
Beberapa bagian terlihat sobek dan terkoyak, memperlihatkan struktur dalam yang tampaknya rapuh karena kosong melompong dan hanya terdapat rangka bambu dan lapisan bahan kertas mirip kardus.
Penggunaan material dan konstruksi yang dinilai tidak kokoh itu ditanggapi oleh pihak kontraktor Imam Firdaus. Imam mengklaim telah melaksanakan pekerjaan sesuai aturan yang berlaku dalam pengadaan barang dan jasa.
“Kami dari kontraktor sudah melakukan kewajiban sesuai aturan dalam pengadaan barang dan jasa serta pelaksanaan pekerjaan. Untuk Alun-Alun Gadobangkong, serah terima pertama sudah dilakukan pada Februari 2024 dengan masa pemeliharaan enam bulan. Pada Agustus 2024, dilakukan serah terima kedua, kemudian pada September 2024, pihak Pemprov Jabar menyerahkan ke Kabupaten Sukabumi,” ujar Imran.
Ia juga menyebut, bahwa selama masa pemeliharaan, pihaknya telah melakukan berbagai perbaikan, termasuk pengecekan kantin, perbaikan batu sikat, andesit, hingga memperbaiki kerusakan akibat banjir rob.
Respons kardus di dalam Patung Penyu
Terkait temuan kardus dalam ornamen penyu yang ramai diperbincangkan warganet, Imran menjelaskan, bahwa material tersebut bukanlah bahan utama.
“Kardus itu hanya digunakan sebagai media pencetak bentuk penyu sebelum dilapisi resin dan fiberglass, yang merupakan bahan utama ornamen. Jadi, bukan berarti penyu itu terbuat dari kardus, tetapi kardus hanya sebagai cetakan awal,” katanya.
Menurutnya, bahan yang digunakan sudah sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ditentukan dalam proyek tersebut. Namun, ia juga berharap masyarakat ikut menjaga dan merawat fasilitas di alun-alun, mengingat konsepnya sebagai ruang terbuka hijau.
“Kami juga berharap masyarakat dan wisatawan bisa sama-sama merawat bangunan serta ornamen yang ada, agar tidak cepat rusak. Konsepnya ini ruang terbuka hijau, jadi perlu dijaga,” imbuhnya.
Anggaran Rp15,6 miliar dan temuan BPK
Lebih lanjut, Imran menanggapi soal anggaran proyek yang disebut-sebut mencapai Rp15,6 miliar. Ia mengklarifikasi bahwa setelah dipotong pajak PPN 11 persen serta adanya denda keterlambatan dan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), nilai riil yang diterima lebih rendah.
“Anggaran proyek ini memang Rp15 miliar, tapi setelah dipotong PPN, jadi sekitar Rp13 miliar. Ada juga temuan BPK terkait kekurangan volume dan denda keterlambatan yang mencapai hampir Rp1 miliar, sehingga realisasi anggaran di lapangan tidak sebesar yang banyak diberitakan,” jelasnya.
Baca berita lengkapnya di sini.
(dal/tim)