Pilot Sebut Tak Pernah Ada Info soal Beton di Bandara Muan Korsel

banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Seorang pilot dengan pengalaman tujuh tahun di Bandara Internasional MuanĀ Korea Selatan bersaksi bahwa tak pernah ada informasi mengenai keberadaan beton di sekitar landasan pacu bandara.

Pesawat Jeju Air yang kecelakaan pada Minggu (29/12) meledak hebat setelah mendarat tanpa roda pendaratan dan menabrak beton di dekat pagar Bandara Internasional Muan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada Yonhap, pilot yang tak disebutkan namanya itu mengatakan keberadaan beton yang memperparah kecelakaan tersebut tak pernah diinformasikan oleh pihak bandara.

Bahkan, ia dan para pilot lainnya sering kali salah mengira struktur itu sebagai gundukan tanah.

“Saya telah melihat gundukan dari udara selama lepas landas dan mendarat yang tak terhitung jumlahnya dan berasumsi itu adalah gundukan tanah. Tidak pernah terpikir oleh saya bahwa itu terbuat dari beton,” kata sang pilot.

Ia menegaskan tak ada indikasi dalam bagan bandara maupun dalam panduan terpisah mengenai beton setinggi 2 meter dan tebal 4 meter tersebut.

“Pilot lain juga tak menyadari bahwa itu beton,” kata pilot tersebut, seperti dikutip The Korea Times.

Sang pilot juga membahas masalah serangan burung (bird strike), yang diduga kuat menjadi penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air.

Ia berujar pilot-pilot secara teratur memantau aktivitas burung menggunakan Layanan Informasi Terminal Bandara. Menurutnya, bird strike umumnya terjadi setahun sekali.

“Kami selalu memeriksa kondisi cuaca melalui transmisi frekuensi dan bandara Muan telah mengeluarkan peringatan aktivitas burung harian akhir-akhir ini. Menara pengawas pun akan memberi tahu kami jika ada burung di landasan,” ucapnya.

READ  Timnas Indonesia Lawan Australia, Vietnam Malah Ditolak Myanmar

Kecelakaan Jeju Air pada Minggu (29/12) lalu terjadi usai menara pengawas mengirim peringatan bird strike sesaat sebelum pesawat melakukan pendaratan darurat.

Pilot pesawat tak lama kemudian mengirim panggilan darurat mayday dan melakukan pendaratan usai menerima izin.

Kendati begitu, pendaratan tak berjalan lancar karena roda depan pendaratan tidak terbuka. Dengan kecepatan yang begitu tinggi, pesawat akhirnya menabrak beton di dekat pagar bandara hingga meledak.

Insiden itu merenggut nyawa 179 orang yang terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin. Hanya dua orang yang selamat dalam tragedi itu, keduanya merupakan awak pesawat.

(blq/bac)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250103113111-113-1183399/pilot-sebut-tak-pernah-ada-info-soal-beton-di-bandara-muan-korsel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *