Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Salah satu pengungsi Gaza membagikan cerita saat dia kembali ke rumahnya di Palestina usai Hamas dan Israel sepakat gencatan senjata.
Khamis Imarah hanya bisa menyaksikan rumah mereka yang hancur gegara agresi Israel. Selama ini, dia mengungsi di wilayah selatan.
“Saat saya kembali ke sini, hati saya hancur berkeping-keping. Satu-satunya hal yang membuat saya kembali adalah ayah dan saudara laki-laki saya,” kata Khamis, dikutip CNN, Sabtu (1/2).
Dia tak menginginkan apapun kecuali menemukan ayah dan saudaranya.
Khamis merupakan satu dari 500.000 warga Palestina yang melakukan perjalanan ke Gaza utara. Dia dan adiknya harus menempuh 11 kilometer hingga tiba di Al Shujaiya.
Perjalanan kembali ke utara, kata Khamis, panjang dan sulit. Dia melewati lumpur, tumpukan puing, dan mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan.
“Yang terlihat hanya tumpukan puing yang belum dibersihkan. Dan ada banyak martir di jalan, yang sampai hari ini, belum ada yang memungut mereka,” kata Khamis.
Dia lanjut bercerita, “Ada mayat-mayat segar dan mayat-mayat yang sudah membusuk juga.”
Melihat situasi yang memilukan, Khamis mengimbau orang lain untuk mempertimbangkan ulang jika hendak melakukan perjalanan pulang ke utara.
“Karena tidak ada air, listrik, bahkan makanan. Tidak ada tenda, Anda tidur di reruntuhan,” ucap dia.
Pengungsi lain juga menceritakan kegetiran serupa. Warga Gaza Utara yang mengungsi di Beit Hanoun, Arwa Al Masri, mengatakan beberapa kerabat dia kembali ke utara.
Lalu, salah satu kerabat menelepon dan memberi gambaran situasi di sana.
“Dia memberi tahu kami untuk tidak kembali dulu. Sebagian besar orang yang kembali ke utara bilang tak ada kehidupan dan hanya kerusakan besar,” ucap Al Masri.
Direktur Rumah Sakit Al-Awda di Tal Al-Zaatar, Mohammad Salha, juga mengatakan saat ini tak ada tempat di Gaza utara bahkan untuk sekadar mendirikan kamp bagi para pengungsi yang kembali ke rumah.
“Tidak ada kamp untuk menampung warga yang mengungsi. Sebagian orang berusaha memperbaiki rumah mereka yang rusak, tetapi Gaza utara sangat membutuhkan intervensi, lembaga kemanusiaan harus menyediakan tempat berlindung, air, dan kamp,” kata dia.
Situasi di utara begitu mengerikan sehingga sebagian orang yang melakukan perjalanan tak punya pilihan selain berbalik dan kembali ke kamp pengungsi di selatan.
Gaza utara luluh lantak sejak Israel melancarkan agresi ke Palestina pada Oktober 2023. Selama operasi, mereka menggempur habis-habisan warga dan objek sipil seperti rumah penduduk, rumah sakit, sekolah hingga tempat ibadah.
Imbas agresi Israel jutaan orang terpaksa mengungsi karena kehilangan rumah mereka, dan lebih dari 47.000 warga Palestina meninggal.
(isa/dmi)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250201134659-120-1193470/pilu-warga-gaza-saat-pulang-ke-rumah-cuma-ada-reruntuhan-dan-mayat