Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan dirinya mengambil posisi netral ketika masih menjabat sebagai presiden saat menghadapi Pilpres 2009 dan 2014 lalu.
“Ingat 2014 saya netral. Saya lebih baik tidak ikut sana-sini, tidak cawe-cawe,” kata SBY ketika menerima 38 Ketua DPD Demokrat dan perwakilan DPC Demokrat di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu (23/2).
“Sama dengan 2009, saya maju lagi, netral. Seperti itu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SBY menjabat sebagai presiden RI selama dua periode yakni sejak 2004-2014.
SBY menegaskan langkah mengambil sikap netral di Pilpres akan lebih mudah dalam mengerjakan tugas kenegaraan saat itu. Ia bercerita memiliki tugas memastikan pemilu dan Pilpres 2014 berjalan secara aman, damai, bebas, adil dan jujur kala itu.
Ia juga bercerita telah meminta pihak TNI, Polri dan BIN mengambil sikap netral di Pilpres 2009 dan 2014 kala itu.
“Semua saya ikut bersikap netral,” kata dia.
Di sisi lain, SBY juga bercerita dirinya menjadi penengah terhadap pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang kala itu sebagai kontestan di Pilpres 2014 lalu.
Ia mengungkapkan sempat memanggil Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK dengan waktu berbeda ke kediamannya di Puri Cikeas ketika situasi para pendukung masing-masing di Pilpres 2014 mulai memanas.
“Dulu ada sofa kecil di situ. Saya undang pertama kali Pak Jokowi dan Pak JK, ‘tolong, please, bapak-bapak, cegah adanya benturan. Mohon dikendalikan pendukung-pendukungnya. Kalau sampai terjadi cacat Indonesia, buruk nama bangsa kita’ Alhamdulillah beliau berdua bersedia,” kata dia.
“Alhamdulillah beliau berdua bersetuju. Semua dilaksanakan di tempat ini,” tambahnya.
(gil/rzr)