Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Dua serikat pekerja federal terbesar di Amerika Serikat memperingatkan para pegawai negeri sipil (PNS) untuk tidak mempercayai tawaran Presiden Donald Trump yang mengajak jutaan PNS pensiun dini dengan kompensasi delapan bulan gaji.
Dalam pernyataan kepada 800.000 anggotanya, American Federation of Government Employees (AFGE), serikat pekerja federal terbesar di AS, mempertanyakan legalitas tawaran itu, sumber dana untuk pembayaran kompensasi, dan apakah pemerintahan Trump benar-benar dapat atau akan menepati janjinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam email kepada para pegawai federal pada Selasa, pemerintahan Trump menawarkan skema “program pengunduran diri tertunda” yang memungkinkan mereka tetap berada dalam daftar gaji hingga 30 September tanpa perlu bekerja secara langsung. Namun, jika menolak tawaran tersebut, mereka berisiko terkena pemutusan hubungan kerja (furlough) atau lebih mudah dipecat.
Email itu memberi batas waktu hingga 6 Februari bagi pegawai federal untuk memutuskan apakah mereka ingin ikut serta. Mereka yang tertarik diminta membalas email menggunakan akun resmi pemerintah dengan mengetik kata “resign” (mengundurkan diri).
Belasan pegawai pemerintah yang berbicara kepada Reuters mengatakan email tersebut memicu reaksi keras di kalangan pegawai federal. Beberapa di antaranya mengaku memang telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden pada 20 Januari. Namun, tawaran itu justru membuat mereka marah dan memutuskan untuk bertahan.
Laura Dodson, seorang ekonom di Departemen Pertanian AS yang juga merupakan perwakilan serikat pekerja, adalah salah satunya.
“Saat email itu masuk, saya merasa marah dan tersinggung. Saya memutuskan untuk tidak membiarkan diri saya dipaksa keluar. Saya akan bertahan. Banyak orang justru semakin bertekad untuk tetap bekerja di pemerintahan federal gara-gara email ini,” ujarnya.
Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar terkait hal ini.
Sebelumnya, Trump telah berjanji untuk memangkas jumlah pegawai sipil AS yang saat ini mencapai 2,2 juta orang.
Upaya tersebut didukung oleh CEO Tesla, Elon Musk, yang kini juga menjabat sebagai kepala Kementerian Efisiensi Pemerintah AS.
Seorang pegawai tetap di Departemen Energi AS, yang bukan anggota serikat pekerja dan berbicara secara anonim, mengatakan banyak pegawai merasa “ditekan” oleh email tersebut dan marah.
“Mereka tidak ingin membantu mempercepat proses pemusnahan tenaga kerja ini,” ujar pegawai itu. “Beberapa orang mungkin justru akan bertekad untuk bertahan lebih lama.”
Seorang pejabat di Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) yang menerima tawaran itu menyebutnya sebagai “jebakan.”
“Saya pikir ini benar-benar konyol,” katanya.
Baris subjek dalam email hari Selasa itu-“A Fork in the Road”-sama dengan yang digunakan Musk dalam email kepada karyawan Twitter (sekarang X) setelah membeli perusahaan itu pada 2022. Saat itu, Musk memberi pegawai pilihan untuk bekerja dengan “jam kerja panjang dan intensitas tinggi” atau keluar.
National Treasury Employees Union, yang mewakili 150.000 pegawai di 37 lembaga dan departemen federal, juga mendesak anggotanya untuk menolak tawaran tersebut.
“Jangan salah paham: email ini dirancang untuk membujuk atau menakut-nakuti Anda agar mengundurkan diri dari pemerintahan federal,” demikian pernyataan NTEU kepada anggotanya. “Kami sangat menyarankan Anda untuk tidak mengundurkan diri sebagai respons terhadap email ini.”
Juru bicara AFGE, Tim Kauffman, mengatakan bahwa pengacara serikat pekerja telah mengadakan pertemuan pada Selasa malam untuk meninjau legalitas tawaran ini, dan tindakan hukum masih dalam pertimbangan.
(rds/bac)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250130102320-134-1192645/serikat-pekerja-as-desak-pns-tolak-tawaran-trump-untuk-pensiun-dini