Jakarta, CNN Indonesia —
Pemimpin oposisi Partai Demokratik Lee Jae Myung merupakan pihak yang menolak keras penetapan status darurat militer di Korea Selatan.
Lee menyebut status darurat militer yang diumumkan Presiden Yoon Suk Yeol itu ilegal dan menyerukan masyarakat berkumpul di parlemen sebagai bentuk protes.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Pemberlakuan darurat militer yang ilegal oleh Presiden Yoon Suk Yeol tidak sah. Silakan datang ke Majelis Nasional sekarang. Saya juga akan ke sana,” kata Lee, dikutip AFP.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sebelumnya mengumumkan status darurat pada Selasa (3/12) malam waktu setempat.
Beberapa jam kemudian, parlemen menggelar sidang dan sepakat menolak status darurat militer. Tak lama setelah ini, Yoon mencabut darurat militer.
Siapa sebetulnya Lee Jae Myung yang menolak darurat militer dan menyerukan warga demo?
Lee telah menjadi pusat pergolakan politik dan perlawanan. Perjalanan dia di politik juga penuh kontroversi.
Sebelum menjadi ketua umum partai, dia sempat menjadi Wali Kota Seongnam pada 2010 hingga 2018.
sSetelah itu, dia mencalonkan diri dan terpilih menjadi Gubernur Gyeonggi pada 2018-2021.
Setahun kemudian, Lee maju dalam pemilihan legislatif untuk daerah pemilihan Gyeyang B.
Bersambung ke halaman berikutnya…
Pada 2022, Lee mencalonkan diri dalam pemilihan presiden. Langkah ini sekaligus menjadi puncak karier politik dia.
Selama kampanye, Lee memposisikan diri sebagai sosok yang peduli dengan buruh, kelas menengah bawah atau kelompok miskin.
Namun, dalam kontestasi itu, Lee kalah tipis dari Yoon yang saat ini menjadi presiden.
Meski kalah, dia terus mengkonsolidasikan kekuatan politik Korsel. Dan, dalam pileg pada April 2024, Partai Demokrat meraih kemenangan signifikan.
Aliansi Demokrat berhasil mengamankan 176 dari 300 kursi. Ini secara otomatis membuat mereka menguasai parlemen atau punya suara mayoritas.
Sebelum pileg, Lee mengalami peristiwa tragis.
Lee berkunjung ke Pelabuhan Busan pada Januari lalu. Ia lalu menggelar konferensi pers.
Saat sesi tanya jawab, Lee ditikam pria tak dikenal di bagian leher.
Beberapa foto yang beredar saat itu menunjukkan Lee tergeletak di tanah dan bersimbah darah.
Kasus hukum
Pada November 2024, Lee terjerat masalah hukum.
Pengadilan menyatakan dia bersalah karena membuat pernyataan palsu selama kampanye Pilpres 2022.
Berdasarkan hukum Korsel, dia akan kehilangan kursi legislatif dan dilarang mencalonkan diri dalam pemilu selama lima tahun.
Dia juga sedang menghadapi persidangan tamahan terkait berbagai tuduhan pidana, termasuk penyuapan dan korupsi.
Masa kecil Lee
Lee lahir pada 22 Desember 1964 dan berasal dari keluarga menengah ke bawah. Saat remaja, dia sempat putus sekolah dan terpaksa bekerja di industri Seongnam dengan nama samara.
Selama menjadi buruh pabrik, Lee beberapa kali mengalami kecelakaan kerja di bagian tangan. Saat itu, dia tak punya cukup dana untuk berobat.
Cidera pada tangan itu membuat Lee mengalami cacat di bagian lengan.
Lee akhirnya meneruskan sekolah hingga masuk universitas dengan bantuan finansial dari sejumlah pihak.
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20241204124858-113-1173634/siapa-pemimpin-oposisi-di-korsel-yang-tolak-status-darurat-militer