Situasi Panas di Kongo, dari Serangan KKB hingga Ancam Kedubes AS

banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Pihak berwenang Kongo telah melarang demonstrasi di Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo, menyusul aksi protes keras yang menargetkan kantor PBB dan beberapa kedutaan besar, termasuk kedutaan Prancis dan AS.

Gubernur Kinshasa Daniel Bumba, dalam pidato langsung kepada rakyatnya Selasa (28/1) malam, mengatakan keputusan itu diambil sebagai tanggapan atas aksi protes keras yang menargetkan beberapa kedutaan besar di Kongo.

Bumba mengatakan larangan itu akan berlaku mulai Rabu (29/1) dan mendesak warga di Kinshasa untuk melanjutkan aktivitas normal dan menjalankan bisnis dengan bebas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyusul aksi protes keras pada Selasa, AS menutup kedutaan besarnya di Kinshasa dan mendesak warga Amerika untuk meninggalkan Kongo.

Terpisah, dalam sebuah video yang diunggah di media sosial pada Selasa, Wakil Menteri Dalam Negeri Kongo Eugenie Kamba menyalahkan Rwanda atas serangan terhadap kedutaan besar di ibu kota Kongo.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berbicara melalui telepon dengan Presiden Rwanda Paul Kagame pada hari Selasa, mendesak gencatan senjata segera di Kongo timur, menurut juru bicara Tammy Bruce.

Rubio menekankan bahwa AS sangat terganggu oleh eskalasi konflik yang sedang berlangsung di Kongo timur, khususnya jatuhnya Goma ke tangan kelompok bersenjata M23 yang didukung Rwanda.

Rubio menyerukan gencatan senjata segera di Kongo timur dan bagi semua pihak untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial. Dalam sebuah posting di X, Kagame menggambarkan diskusi dengan Rubio produktif mengenai perlunya memastikan gencatan senjata di Kongo Timur dan mengatasi akar penyebab konflik untuk selamanya.

READ  Thom Haye Mengaku Tak Bisa Jadi Kapten, Puji Kelayakan Jay Idzes

Seperti dilansir Yeni Safak, Kelompok pemberontak M23, yang diduga didukung oleh Rwanda, telah mengintensifkan serangannya di Kongo timur, merebut kota-kota utama dan maju menuju Goma, ibu kota provinsi Kivu Utara.

Sejak minggu lalu, sedikitnya 42 orang, termasuk 17 pasukan penjaga perdamaian asing, telah tewas di Goma, sementara ratusan lainnya terluka dalam bentrokan yang terus berlangsung antara tentara Kongo dan pasukan pemberontak.

Rwanda mengklaim bahwa sedikitnya sembilan warganya tewas dalam dugaan baku tembak lintas batas dari Goma. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Kongo Therese Kayikwamba Wagner mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa bahwa lebih dari 100 orang telah dikirim ke pusat-pusat kesehatan dalam beberapa hari terakhir, lebih dari 500.000 orang mengungsi, dan bahwa situasi kemanusiaan telah semakin memburuk.

Di tengah laporan yang disengketakan tentang siapa yang menguasai kota Goma, seorang pejabat Kongo mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pasukan pemerintah, yang didukung oleh pasukan penjaga perdamaian regional PBB dan Afrika Selatan, terus bertempur dengan gagah berani di Goma.

Kelompok M23 mengklaim bahwa pertempurannya juga didorong oleh keluhan tentang dugaan diskriminasi terhadap komunitas Tutsi di wilayah tersebut.

Mereka mengklaim bahwa pemerintah Kongo belum menanggapi kekhawatiran mereka, khususnya tentang keselamatan dan integrasi mereka ke dalam militer nasional. Pemerintah Kongo, di sisi lain, menuduh M23 mengganggu stabilitas kawasan dengan dukungan eksternal, terutama dari negara tetangga Rwanda.

(wiw/wiw)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250129170005-127-1192459/situasi-panas-di-kongo-dari-serangan-kkb-hingga-ancam-kedubes-as

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *