Tanpa AS, Ukraina Sudah Jatuh ke Tangan Rusia

banner 468x60
banner 468x60

Housekeeping.my.id –


Jakarta, CNN Indonesia

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah “bermain terlalu jauh” sampai mengusirnya dari Gedung Putih pada Jumat (28/1).

Trump murka kepada Zelensky lantaran menuduhnya ingin memperpanjang perang dengan Rusia dengan ogah menyepakati kesepakatan damai usulannya.

Pertengkaran keduanya berlangsung saat Trump menjamu Zelensky di kantornya untuk membicarakan masalah perang Ukraina vs Rusia dan kesepakatan antara Kyiv-Washington soal akses mineral tanah Jarang Ukraina.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump murka karena menganggap Zelensky “belum siap” berdamai dengan Rusia.





“Saya ingin gencatan senjata sekarang,” kata Trump kepada wartawan sebelum berangkat ke kediamannya di Florida, menegaskan bahwa ia ingin pertempuran di Ukraina segera berakhir.

Presiden AS itu menuduh Zelensky “mencari sesuatu yang tidak saya inginkan.”

“Dia (Zelensky) ingin terus bertarung, bertarung, dan bertarung,” tambah Trump seperti dikutip AFP.

Sementara itu, Trump juga mengeklaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sudah terbuka dan menyatakan ingin mengakhiri perang.

Trump bahkan mengeklaim telah berulang kali berbicara dengan Putin dan yakin Rusia tidak akan berbohong soal kesepakatan gencatan senjata.

Ketegangan di Oval Office Gedung Putih bermula setelah Trump menyatakan kepada Zelensky bahwa Ukraina harus membuat “kompromi” dalam perjanjian damai dengan Rusia. Meski begitu, Trump tidak menjamin Ukraina akan mendapatkan kembali wilayah-wilayahnya yang telah diduduki Rusia sejak invasinya pada Februari 2022 lalu.

Zelensky pun blak-blakan menolak gagasan itu dan dengan tegas menyatakan bahwa “tidak boleh ada kompromi dengan seorang pembunuh di tanah kami” yang merujuk pada Putin.

Pertemuan itu kemudian berubah menjadi konfrontasi sengit, di mana Trump dan Wakil Presiden JD Vance dengan lantang mengecam Zelensky di hadapan media AS dan internasional. Vance bahkan menuduh pemimpin Ukraina itu “tidak tahu berterima kasih.”

READ  Prabowo Perintahkan Sikat Pengembang Nakal Akali Rumah Subsidi

“Tanpa bantuan AS, Ukraina pasti sudah jatuh ke tangan Rusia,” kata Trump.

Trump bahkan seakan merendahkan Ukraina dengan menegaskan bahwa Zelensky tidak berada dalam posisi untuk bernegosiasi.

“Kamu tidak memegang kendali saat ini,” lanjutnya. “Kamu harus mencapai kesepakatan, atau kami keluar. Kalau kami keluar, kamu harus bertarung sendirian, dan aku rasa itu tidak akan berjalan baik.”

Tak lama setelah itu, Zelensky meninggalkan Gedung Putih. Trump kemudian menulis di media sosial, “Dia bisa kembali jika sudah siap untuk damai.”

Media AS melaporkan Zelensky meninggalkan Gedung Putih setelah pejabat tinggi di sana memintanya pergi.

————-

**Trump Usir Zelensky dari Gedung Putih dalam Ledakan Amarah di Oval Office**

Presiden AS Donald Trump meledak marah kepada Volodymyr Zelensky pada Jumat, mengusir pemimpin Ukraina itu dari Gedung Putih setelah pertengkaran luar biasa di Ruang Oval. Trump murka karena Zelensky dianggap “belum siap” berdamai dengan Rusia.

Keributan mengejutkan ini membuat para pemimpin Eropa berebut menyatakan dukungan bagi Ukraina, yang masa depannya semakin dipertanyakan akibat insiden mendadak ini. Zelensky pun meninggalkan Gedung Putih tanpa kesepakatan mineral yang sebelumnya dipandang sebagai langkah penting menuju gencatan senjata yang dimediasi AS.

Sebaliknya, suasana Oval Office berubah tegang ketika Trump dan Wakil Presiden JD Vance berteriak kepada Zelensky, menuduhnya tidak cukup “bersyukur” atas bantuan AS selama tiga tahun perang.

“Tanpa bantuan AS, Ukraina pasti sudah jatuh ke tangan Rusia,” kata Trump, menegaskan bahwa Zelensky tidak berada dalam posisi untuk bernegosiasi.

“Kamu tidak memegang kendali saat ini,” lanjutnya. “Kamu harus mencapai kesepakatan, atau kami keluar. Kalau kami keluar, kamu harus bertarung sendirian, dan aku rasa itu tidak akan berjalan baik.”

Tak lama setelah itu, Zelensky meninggalkan Gedung Putih. Trump kemudian menulis di media sosial, “Dia bisa kembali jika sudah siap untuk damai.”

READ  WN Ukraina Pengendali Lab Narkotika Bali Digiring Aparat ke Bareskrim

Kesepakatan mineral batal ditandatangani, dan konferensi pers bersama dibatalkan. Media AS melaporkan bahwa Zelensky diperintahkan pergi oleh pejabat tinggi pemerintahan Trump.

Trump kemudian menuduh sekutu lamanya itu “terlalu percaya diri,” mengklaim bahwa ia ingin perang segera berakhir, tetapi Zelensky menolak gencatan senjata.

Dalam wawancara dengan Fox News setelah kejadian itu, Zelensky menolak meminta maaf.

“Saya menghormati Trump dan rakyat Amerika,” katanya kepada Brett Baier dari Fox. “Tapi saya tidak yakin kami melakukan sesuatu yang salah.”

### **”Kamu Tidak Sendirian”**

Sekutu AS di Eropa-yang semakin khawatir Trump akan memaksa Ukraina menyerah kepada Presiden Rusia Vladimir Putin-bergegas mendukung Zelensky.

“Kamu tidak sendirian,” kata Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dalam pesan solidaritas yang digaungkan di seluruh Eropa Barat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, yang baru saja mengunjungi Gedung Putih, mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Trump dan Zelensky melalui telepon usai insiden tersebut, serta berjanji memberikan “dukungan tanpa syarat” untuk Kyiv.

Sementara itu, Perdana Menteri sayap kanan Italia, Giorgia Meloni, menyerukan pertemuan darurat antara AS, Eropa, dan sekutu mereka untuk membahas Ukraina.

Di AS, kritik terhadap Trump dan Vance bermunculan. Pemimpin mayoritas Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, menuduh mereka “melakukan pekerjaan kotor Putin.”

Sebaliknya, Rusia menyambut baik keretakan hubungan antara Kyiv dan Washington.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebut Zelensky sebagai “babi yang kurang ajar” yang telah mendapat “pelajaran berharga di Ruang Oval.”

“Bagaimana Trump dan Vance bisa menahan diri untuk tidak menghajar si bajingan itu adalah keajaiban kesabaran,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.

Di pihak Partai Republik AS, beberapa tokoh justru menyalahkan Zelensky.

“Saya rasa kebanyakan orang Amerika, setelah melihat kejadian hari ini, tidak akan mau bermitra dengan Zelensky,” kata Senator Lindsey Graham.

READ  Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Israel Tetap Bisa Serang Lebanon

Namun, Ukraina tetap bersatu mendukung pemimpinnya. Panglima militer Ukraina menegaskan bahwa mereka tetap berdiri bersama Zelensky, sementara menteri luar negerinya memuji “keberanian” sang presiden.

### **Pertikaian soal Kompromi**

Ketegangan ini terjadi setelah Trump menyatakan bahwa Ukraina harus membuat “kompromi” dalam perundingan damai dengan Rusia, yang kini menduduki sebagian wilayah negara itu.

Zelensky dengan tegas menolak gagasan tersebut. “Tidak ada kompromi dengan pembunuh di tanah kami,” katanya.

Ketika Zelensky menunjukkan bahwa upaya damai sebelumnya selalu gagal menghentikan agresi Rusia, Vance langsung menyela dengan marah dan menyebutnya “tidak sopan.”

Situasi pun semakin panas hingga Trump dan Vance secara terbuka mencaci Zelensky di hadapan media dunia.

### **Trump dan Putin: Banyak Percakapan Rahasia?**

Kebijakan Trump yang berbalik arah secara drastis telah mengejutkan Kyiv dan sekutu-sekutu Eropa. Trump kini menempatkan dirinya sebagai mediator antara Putin dan Zelensky, sambil menolak mengecam invasi Rusia.

Di Ruang Oval, ia mengungkapkan bahwa dirinya telah “berbicara berkali-kali” dengan Putin-lebih sering dari yang pernah dilaporkan ke publik.

Sebelum ketegangan memuncak, Trump sempat mengatakan kepada Zelensky bahwa perundingan damai “sudah hampir mencapai titik akhir.”

Kesepakatan mineral yang gagal diteken seharusnya memberikan keuntungan finansial bagi Washington atas bantuan yang mereka berikan kepada Ukraina, meskipun Trump berulang kali menolak mengerahkan pasukan AS untuk mendukung penjaga perdamaian Eropa.

Pekan lalu, Trump sempat menyebut Zelensky sebagai “diktator” dan menyatakan bahwa ia lebih percaya pada janji Putin soal gencatan senjata.

Sementara itu, serangan Rusia ke Ukraina terus berlanjut.

Pada Jumat, pasukan infanteri Rusia menyerbu perbatasan Ukraina dari wilayah Kursk, dekat daerah yang sempat direbut oleh pasukan Kyiv musim panas lalu.

(rds/tim)


[Gambas:Video CNN]

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250301074602-134-1203732/trump-usir-zelensky-tanpa-as-ukraina-sudah-jatuh-ke-tangan-rusia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *