Terima Kasih ke Prabowo, Kritik KPK

Berita, Nasional41 Dilihat
banner 468x60
banner 468x60



Daftar Isi



Jakarta, CNN Indonesia

PDIP telah rampung menggelar peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-52 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Jumat (10/1) sejak siang hingga petang tadi.

Acara ini digelar sederhana dan hanya dihadiri langsung oleh pengurus di jajaran dewan pimpinan pusat (DPP). Sementara, kader di tingkat daerah mengikuti secara daring. PDIP juga tak mengundang Presiden Prabowo Subianto dalam momen ini.

HUT PDIP kemarin mengambil tema ‘Satyam Eva Jayate’ yang berarti ‘Kebenaran Pasti Menang’.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Megawati Soekarnoputri berpidato selama lebih dari dua jam dalam momen ini dengan beraneka ragam pembahasan sekaligus menyemangati para kader PDIP.

Berikut poin-poin pidato Megawati dalam momen HUT ke-52 PDIP:

Terima kasih ke Prabowo nama Bung Karno Dipulihkan

Megawati sempat terisak dan menyampaikan terima kasih atas pencabutan TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Sukarno yang memulihkan nama Bung Karno.

Selain kepada MPR, Megawati juga menyampaikan terimakasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang telah menandatangani surat dari MPR atas pencabutan TAP MPRS tersebut.

“Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada presiden Prabowo Subianto yang telah merespons pimpinan MPR terkait tindak lanjut pemulihan nama baik dan hak-hak Bung Karno sebagai Presiden RI pertama,” kata Megawati.

Megawati bilang peringatan HUT ke-52 PDIP menjadi hari yang istimewa karena bersamaan dengan pencabutan TAP MPRS tersebut. Sebab, kata dia, setelah 57 tahun nama dan sejarah Bung Karno akhirnya dipulihkan.

Dalam keputusannya, MPR menegaskan bahwa tuduhan Bung Karno terlibat G30S tak pernah terbukti dan batal demi hukum.

Atas nama pribadi, keluarga, dan partai, Megawati menyampaikan terimakasih. Menurut dia, kesalahan harus tetap dinyatakan salah.

“Tidak pernah ada proses hukum apapun yang dilaksanakan untuk membuktikan tuduhan tersebut hingga Bung Karno wafat tanggal 21 Juni 1970. Lama ya,” katanya.

Kritik KPK dan kasus Hasto

Megawati turut menyorot tajam kinerja KPK dan kasus dugaan korupsi yang dilakukan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam kasus Harun Masiku.

Megawati mempertanyakan kinerja KPK lantaran Hasto kerap kali dituding dalam kasus yang ditangani.

“Belum lagi apa coba? Iya KPK. Lha, KPK masa enggak ada kerjaan lain? Yang dituding yang diubrek-ubrek hanya Pak Hasto,” kata Megawati.

Megawati kemudian meminta para wartawan menulis ucapannya tersebut. Sebab, ia melihat selama ini sudah banyak tersangka, namun KPK diam.

“Karena kan banyak yang sudah jadi tersangka. Tapi meneng wae. Aku kalau tiap hari buka koran mungkin ada tambahan,” kata dia.

Megawati turut merasa heran partainya kini seperti digebuk. Cara seperti itu dilakukan seperti seolah-olah sah, padahal tidak.

“Lah orang kalau enggak salah, mbok yo jangan pura-pura salah. Ini kayak Pak Hasto,” kata Megawati.

“Masa sih yang lain enggak dibegitukan, hanya kita aja yang digebak-gebuk, digebak-gebuk, dengan cara sepertinya ini adalah sebuah yang sah. Mana sahnya?” Imbuhnya.

Megawati heran padahal banyak tersangka lain, namun hanya kader partainya yang terus dicari-cari. Dia mempertanyakan hukum di Indonesia setelah berdirinya KPK.

“Ke mana kah, hukum di republik Indonesia ini ketika setelah berdirinya KPK dengan gampang orang hanya bisa mengambil tanpa dengan hati nurani,” katanya.

Mega kerap didatangi penggede diam-diam

Megawati juga mengaku banyak didatangi para penggede untuk mengadu sejumlah persoalan mulai dari masalah hukum hingga urusan pertanian.

Menurut Mega, mereka datang secara diam-diam. Dia mengaku bingung padahal dia tak menjadi bagian dari pemerintahan.

“Aku bilang saya ini pemerintahan bagian mana loh, kok datang ke saya urusan hukum, pertanian. Diam-diam. Ngumpet-ngumpet lho,” kata Megawati.

Megawati merasa kedatangan mereka secara diam-diam seperti tak memiliki kemerdekaan. Padahal, mestinya mereka bisa datang secara terbuka.

Menurut Megawati, kehadiran mereka secara diam-diam karena PDIP tak menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Meju (KIM) pendukung Prabowo Subianto.

“Loh, kok enggak ada merdekanya ya. Ya mbok dateng ae loh. Karena katanya, ‘kalau nanti saya dateng, Ibu kan enggak masuk KIM’. Apa urusannya saya mesti masuk KIM atau saya masuk ke KIM. Gile, ayok tepuk tangannya ya hebat,” katanya.

Tegaskan hubungan baik dengan Prabowo

Megawati menegaskan tak punya masalah dengan Presiden Prabowo Subianto. Pernyataan itu disampaikan Mega merespons isu yang beredar selama ini.

“Eh Mas Bowo. Iki aku ta ngomong yo, rungokke (Eh Mas Bowo, ini saya ngomong ya, dengarkan). Pak Prabowo nih, orang mikir saya sama dia musuhan. Enggak. Enggak,” kata Megawati.

Namun, Mega mengaku mengingatkan kepada Prabowo, agar tak memperlakukan anak buah atau kader PDIP seenaknya. Sebagai sesama ketua umum, Mega meyakini dia dan Prabowo tak senang anak buahnya diperlakukan seenaknya.

Pada Pilpres 2024 lalu, PDIP berbeda kubu dengan Prabowo. PDIP kala itu mengusung Ganjar-Mahfud. Sementara Prabowo berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).

PDIP sedang dimainkan

Megawati turut meyakini PDIP kini memang tengah dimainkan oleh sejumlah pihak.

Menurutnya, kejahatan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) benar-benar berjalan. Namun, banyak pihak yang coba ingin menutup-nutupi.

“Saya hanya ingin tahu, ini memang dimainkan kan bahwa PDIP itu ini jangan deh, bohongi saya. TSM itu berjalan, tapi kan semuanya mau menutupi,” kata Megawati.

Megawati bilang kabar itu bukan fitnah. Megawati mengaku tak mau lagi ingin menutup-nutupi. Dia bahkan siap untuk menyebut orang-orang yang terlibat dan ingin memainkan PDIP.

“Nah, sekarang saya buka aja, gitu loh. Kenapa nanti dibilang saya fitnah, endak. Mau saya suruh panggil orang-orangnya. Yang enggak jadi itu karena apa,” katanya.

Singgung jual beli gelar Doktor HC

Pidato Megawati tak cuma merespons soal politik. Ia turut menyoroti isu pendidikan.

Megawati bercerita tak membayar ketika mendapatkan gelar doktor kehormatan atau honoris causa (HC) dari beragam universitas selama ini. Ia saat ini mengantongi sejumlah gelar doktor HC dari pelbagai perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

Megawati pun menyindir sosok-sosok yang disebut mendapatkan gelar HC tetapi diduga bayar atau beli.

“Honoris causa masih mau nambah lagi. Saya tapi enggak bayar, lho. Karena banyak sekarang yang beli ya. Sorry,” kata Megawati.

Megawati juga mengatakan dirinya sudah memiliki gelar profesor. Hal ini yang membuat banyak orang kaget dengan dirinya lantaran memiliki gelar tersebut.

“Kenapa dapat Profesor? Saya belajar di mana? Weh saya dipikir jual beli lagi,” kata dia.

(rzr/wis)


[Gambas:Video CNN]





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *