Housekeeping.my.id –
Jakarta, CNN Indonesia —
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengungkapkan pendapatan petani milenial bisa mencapai Rp20 juta per bulan.
Sudaryono menerangkan skema petani milenial yang dibentuk pemerintah bukanlah sistem gaji tetap, melainkan pemberdayaan dengan pendapatan yang bisa jauh lebih besar. Dalam hal ini, pendapatan bergantung pada hasil panen dan produktivitas lahan yang mereka kelola.
Berdasarkan perhitungan Kementan, kelompok beranggotakan 15 orang yang mengelola lahan seluas 200 hektare bisa memperoleh pendapatan di atas Rp10 juta per bulan.
“Dari olahan itu, 15 orang mengelola 200 hektare, maka pendapatannya setelah dihitung, hasil panen dan seterusnya, dikurangi beban biaya dan seterusnya, itu 15 orang itu masing-masing sebulannya rata-rata dapat Rp15 (juta) sampai Rp20 juta,” jelas Sudaryono saat ditemui di Kemenko Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Jumat (31/1).
Ia juga meluruskan informasi yang beredar di media sosial terkait petani milenial yang disebut mendapat gaji Rp10 juta per bulan.
“Jadi kalau di sosmed, ‘daftar petani milenial gajinya Rp10 juta’, itu enggak benar, itu harus saya koreksi,” ujar Sudaryono.
Program petani milenial, sambung Sudaryono, sebenarnya merujuk pada Brigade Pangan, yaitu kelompok anak muda yang diberikan pelatihan dan dukungan untuk mengelola lahan pertanian di luar Jawa, seperti Kalimantan, Sumatera, Merauke, Papua, dan Sulawesi.
“Kita cetak sawah di luar Jawa, di Kalimantan, di Sumatera, di Merauke, di Papua, di Sulawesi. Kita ada optimalisasi lahan rawa dan juga cetak sawah, kan enggak ada orangnya di situ. Maka kita membentuk satu brigade dari pemuda lokal situ kalau bisa. Kita beri saprodi (sarana produksi pertanian), kita beri alat, supaya dia bisa mengolah tanah itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sudaryono menyoroti berkurangnya jumlah petani sebagai tantangan besar bagi sektor pertanian di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa perubahan ini dipengaruhi oleh dua faktor utama; semakin beragamnya pilihan pekerjaan di luar pertanian dan jumlah lahan pertanian yang tidak bertambah seiring pertumbuhan penduduk.
“Kalau kita bandingkan tahun 60-70-an, dulu lapangan pekerjaan tidak sebanyak sekarang. Artinya, orang zaman dulu tahunya pertanian,” kata dia.
“Makin ke sini kan tanah pertaniannya juga enggak pernah nambah, sementara petani kan berkeluarga, punya anak, dan seterusnya. Ini memang menjadi tantangan bagi kita,” imbuh Sudaryono.
Selain itu, mayoritas petani saat ini sudah berusia lanjut. Oleh karena itu, kata dia, pemerintah terus mendorong regenerasi dengan memberikan pelatihan dan akses ke permodalan melalui bank.
“Kementerian Pertanian melalui penyuluhan, pendidikan, dan balai pelatihannya me-encourage milenial. Milenial itu ada dua, yang pertama milenial untuk komoditi hortikultura dan perkebunan. Jadi kita latih, kita bina, kemudian kita akses ke bank, kita bantu ekspor,” jelasnya.
Sudaryono juga memastikan pihaknya memiliki data yang lengkap terkait jumlah petani dan luas lahan pertanian yang dikelola. Data ini digunakan untuk mengalokasikan berbagai bantuan, termasuk subsidi pupuk dan program regenerasi petani.
“Ada dong, ada. Penerima pupuk kan ada, kalau tidak salah ada 15 juta,” ungkapnya.
(del/sfr)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20250131185838-92-1193321/wamentan-sebut-pendapatan-petani-milenial-bisa-capai-rp20-juta-sebulan