Housekeeping.my.id –
Kudus, CNN Indonesia —
Sepak bola putri itu ditangani dengan hati ke hati. Begitulah potret hari kedua MilkLife Soccer Challenge 2025, Sabtu (25/1).
Timo Scheunemann, Tim Pencari Bakat MilkLife Soccer, langsung turun dari tribune penonton begitu Surabaya All Stars kalah dari Kudus All Stars di Supersoccer Arena.
Mantan pelatih Timnas Putri Indonesia ini bergegas masuk ke ruang ganti Surabaya. Saat masuk, semua pemain tengah menangis. Pelatih mereka Ridwan Anwar mencoba menghibur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah Ridwan selesai berbicara di hadapan pemain, Timo menyapa semua pemain. Pria 51 tahun ini memuji performa pemain. Inilah pesan dari hati Timo untuk membesarkan hati pemain.
“Kalian sudah main seperti Persebaya. Secara materi kalian kalah, tetapi secara semangat tidak mau kalah. Wani. Itu sudah kamu tunjukkan. Luar biasa,” kata Timo.
“Besok ada kesempatan tempat ketiga. Jangan cuma mikir posisi ketiga. Ini kesempatan kalian tampil sekali lagi live, yang bisa kalian tonton seumur hidup.”
Sejurus kemudian Ridwan mengajak Locita Waranggani menuju jumpa pers. Kepada media, Ridwan mengakui bahwa pemainnya lelah secara fisik dan mental usai laga tersebut.
Karena itu Ridwan akan mencoba membangkitkan psikologis pemain. Caranya, dengan berbincang santai di hotel dan jalan-jalan malam minggu di sekitar kota Kudus.
“Nanti malam akan kita ajak kumpul, ngobrol, kita ajak diskusi lagi. Anak-anak perlu diajak ngobrol, perlu fresh. Mungkin nanti malam ngajak jalan-jalan,” katanya.
Cara pelatih Solo All Stars, Maya Sasmita menyentuh hati pemainnya lain lagi. Setelah kalah dalam dua laga awal, Maya membuka sesi curhat (curahan hati) dengan sesama pemain. Semua isi hati diutarakan.
Ternyata sesi curhat ini berbuah manis. Motivasi dan semangat juang pemain meningkat drastis dalam laga pemungkas grup dan semifinal sehingga lolos ke partai final.
“Mungkin cara pelatih laki-laki dan perempuan beda ya. Kalau pelatih laki-laki mungkin nanya, tetapi seperti membentak. Kalau pelatih perempuan lebih lembut,” kata Maya.
“Tadi mainnya gimana? Aku kok kakinya agak sakit? Terus bawa ke bengkel apa enggak? Bercanda. Nanti dibenerin,” ucap Maya memberi contoh sesi curhat yang dilakukan.
Begitulah sepak bola putri usia dini. Ia tidak bisa hanya dengan fisik dan taktik. Ada sentuhan hati yang perlu disepuh agar potensi terbaik pemain tergali dengan baik.
(abs/jal)
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20250125194545-142-1191522/hati-ke-hati-di-milklife-soccer-wani-malam-mingguan-dan-curhat-maya